Kelompok 127 KKN Universitas Jember telah memulai kegiatan pembangunan desa di Desa Sumberkokap, Kecamatan Taman Krocok, Kabupaten Bondowoso. Sebagai bagian dari kegiatan pencanangan, kelompok ini ingin melakukan observasi terkait penggunaan pupuk yang selama ini digunakan oleh warga desa Sumberkokap untuk bertani. Salah satu hambatan yang dihadapi kelompok KKN adalah kesulitan mengumpulkan petani dalam satu waktu untuk melakukan sosialisasi. Oleh karena itu, kelompok KKN memutuskan untuk mendatangi sawah-sawah petani secara langsung. Dengan cara ini, mereka bisa memberikan informasi dan melakukan wawancara secara lebih efektif dan menyeluruh.
Kelompok ini mengunjungi area persawahan di Dusun Sumberpinang untuk melakukan wawancara dengan petani setempat. Tujuannya adalah untuk memahami praktik pertanian yang ada dan menemukan cara untuk meningkatkan produktivitas serta keberlanjutan.Â
Dalam wawancara tersebut, kelompok KKN bertanya tentang sistem penanaman yang digunakan. Petani di Dusun Sumberpinang menjelaskan bahwa mereka menggunakan sistem tumpangsari. Biasanya, cabai ditanam bersamaan dengan tembakau karena kedua tanaman ini tidak saling mengganggu. Namun, jika tembakau dipadukan dengan jagung, hasilnya justru merugikan kedua tanaman tersebut.
Adapun komoditas yang biasa dibudidayakan antara lain pisang, jagung, tembakau jenis Sempuris, dan cabai rawit. Sebelumnya, jagung menjadi tanaman utama, namun kini banyak petani yang beralih ke tembakau dan cabai rawit. Bibit tanaman sebagian besar dibudidayakan sendiri, namun ada juga yang dibeli di kios-kios pertanian.
Petani di Dusun Sumberpinang menggunakan berbagai jenis pupuk untuk menunjang kesuburan tanaman mereka. Untuk tembakau, mereka menggunakan pupuk Poska, sementara pupuk urea digunakan untuk mengejar kesuburan. Sayangnya, ketersediaan pupuk urea sering kali sulit didapat.
Meskipun petani berharap dapat menggunakan pupuk organik untuk menjaga unsur hara tanah, ketersediaannya masih sangat terbatas di daerah ini. Oleh karena itu, petani terpaksa masih bergantung pada pupuk kimia. Pemberian pupuk pada tembakau dilakukan dua kali, yakni di awal masa tanam dan saat peremajaan, hingga masa panen. Tanaman tembakau biasanya dipindahkan dari polybag ke lahan setelah 20 hari, dengan waktu terbaik pada sore hari untuk menghindari tekanan sinar matahari langsung.
Secara umum, pertumbuhan tanaman di Dusun Sumberpinang tergolong baik. Namun, penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat mengurangi unsur hara dalam tanah. Petani berharap dapat beralih ke pupuk organik untuk menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Untuk pengendalian gulma, petani menggunakan cangkul pada tahap awal. Setelah tanaman cukup besar, mereka berencana menggunakan herbisida. Namun, pengetahuan masyarakat tentang jenis herbisida yang efektif masih terbatas.
Petani di Dusun Sumberpinang menunjukkan minat untuk mencoba pupuk organik, namun mereka membutuhkan contoh nyata sebelum beralih dari pupuk kimia. Mereka berharap mendapatkan panduan yang jelas mengenai takaran dan cara penggunaan pupuk organik yang tepat. Untuk itu, diperlukan contoh dalam bentuk video dan foto yang menunjukkan keberhasilan penggunaan pupuk organik.