Desa Bajulan berada di ketinggian ± 800 MDPL dan masuk dalam lereng Gunung Wilis serta menjadi zona penyangga yang menyumbang ketersediaan air di Kabupaten Nganjuk. Hal inilah yang membuat Desa Bajulan juga memiliki predikat sebagai Desa Petirtaan. Menurut data Tim Ekspedisi Mata Air mencatat, jumlah Mata Air di Desa Bajulan mencapai 16 titik sumber.Â
Sebagai desa petirtaan, Desa Bajulan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kualitas air sungai yang ada di Kabupaten Nganjuk
Sungai merupakan penunjang kehidupan manusia. Meskipun terdengar sangat sepele, kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya sangat penting untuk dilakukan. Sungai dapat menjadi korban dan menjadi tempat pembuangan sampah yang mengakibatkan aliran air menjadi terhambat. Efek buruk lainnya jika sampah menumpuk di sungai adalah banjir, ikan-ikan mati, dan irigasi air sawah dibanjiri oleh tumpukan sampah yang akan merugikan masyarakat itu sendiri.Â
Selama ini, masyarakat Desa Bajulan membuang sampahnya pada aliran sungai. Pada dasarnya, masyarakat Kampung Adat Dukuh Curik, Desa Bajulan itu sendiri sudah menyadari akan dampak tersebut. Namun, mereka tidak memiliki pilihan lain dikarenakan tidak adanya tempat pembuangan sementara.Â
Maka dari itu, Mahasiswa KKN-T Unesa kelompok Nganjuk 54 memiliki program kerja untuk membuatkan warga Kampung Adat Desa Bajulan tempat pembuangan sementara demi meminimalisir dampak sampah terhadap ekosistem sungai. Bak sampah tersebut ditujukan untuk tempat pembakaran dari sampah-sampah plastik yang nantinya sudah dikumpulkan.Â
Jumat (26/05/23) Mahasiswa KKN-Tematik UNESA Kelompok Nganjuk 54 melakukan sosialisasi pra pembangunan bak sampah sebagai tahap awal untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai dampak sampah terhadap lingkungan. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, para mahasiswa menjabarkan tentang dampak sampah terhadap lingkungan, pemilahan sampah organik dan anorganik, fungsi bak sampah, serta meminta restu kepada masyarakat.Â