Dukuh curik merupakan salah satu wilayah yang terletak di desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Merupakan satu-satunya desa adat di Nganjuk yang telah diresmikan pada tanggal 22 Desember 2022 Letaknya yang berada di kaki gunung wilis membuat suasananya masih asri dan sejuk. Selain lingkungan yang masih terjaga, kepercayaan masyarakat tentang leluhur juga masih kental. Â Sebagian besar masyarakat di kampung adat ini merupakan penganut agama hindu sehingga semua kegiatan masyarakat kampung adat berpusat di Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis.
Menurut kepercayaan umat hindu, pelaksanaan upacara keagamaan dibagi menjadi lima bagian yang disebut panca yadnya, mencakup dewa yadnya yakni persembahan yang ditujukan kepada sang pencipta beserta manivestasinya, Â pitra yadnya yakni persembahan kepada leluhur, rsi yadnya yakni persembahan kepada resi, bhuta yadnya yakni persembahan kepada alam, dan yang terakhir adalah manusia yadnya yakni persembahan kepada sesama manusia.Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sowan diartikan sebagai menghadap atau berkunjung (kepada orang yang dianggap harus dihormati, seperti raja, guru, atasan, orangtua). Sowan punden berarti menghadap atau berkunjung ke punden untuk membersihkan dan mendoakan para leluhur. Sowan punden merupakan tradisi yang memuat dua aspek dalam panca yadnya yaitu pitra yadnya dan bhuta yadnya. Pak mangku Damri selaku pemangku adat mengatakan bahwa "Punden ini kan ada dua kategori, kategori satu karena alam, alamnya, wilayahnya, karena kalau kita masuk ke punden berarti tentang wilayah desa karena sebenarnya punden itu kan tanda desa.Terus kalau sudah masuk ke punden berarti kita juga bicara tentang pendahulu, leluhur. Jadi sebenarnya masuk ke punden merawat punden ini termasuk yadnya yang dua versi itu tadi yang kepada leluhur dan alam". Â (13/06/23)
Inti dari tradisi ini adalah untuk membersihkan dan merawat tempat-tempat tersebut agar terjaga dan bersih. Beberapa tempat yang didatangi seperti Punden danyang Mbah Sidi, Mbah Sonah atau Eyang Sombro, Mbah Sadu, Mbah Demang, adapula sumber mata air yang didatangi yakni Jolotundo. Masyarakat biasanya berangkat dengan membawa sesaji, setelah pembersihan dilakukan doa bersama kepada leluhur sebagai wujud menghormati dan mengingatnya. Tradisi sowan punden dilakukan satu bulan sekali oleh para pemuda atau biasa disebut pradah, dengan minimal satu orangtua untuk memimpin doa saat upacara dilakukan.
(RA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H