Mohon tunggu...
KKNT MBKM 111
KKNT MBKM 111 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blog dan Informasi

Memuat blog dan informasi seputar kegiatan KKNT MBKM Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur, serta kegiatan yang kami lakukan di Desa Muneng, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo selama 3 bulan penuh.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manfaatkan Limbah Sayur dan Buah, Mahasiswa KKN 111 UPN Jatim Sulap Kompos Jadi Kaya Nutrisi

21 Juni 2022   21:33 Diperbarui: 21 Juni 2022   21:45 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Probolinggo (18/05), mahasiswa KKN UPN Veteran Jawa Timur Kelompok 111 menjalankan salah satu program kerjanya yaitu pembuatan teknologi tepat guna berupa komposter. Dikutip dari Zero Waste Indonesia, komposter merupakan manajemen sampah organik agar tidak berakhir di TPA atau tempat pembuangan akhir. Manajemen sampah yang dilakukan Kelompok 111 dilakukan dengan mengubah limbah organik rumah tangga dan pasar tradisional menjadi pupuk kompos.

Kompos merupakan hasil penguraian bahan-bahan organik yang bermanfaat sebagai pembenah tanah karena dapat memperbaiki dan mendukung keberlanjutan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian kompos dapat menurunkan berat isi tanah, meningkatkan porositas dan daya simpan air, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan permeabilitas dan lainnya. Secara kimia, kompos dapat memberikan masukan unsur hara pada tanah dan tanaman sedangkan secara biologi, pemberian kompos dapat meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme karena dapat menjadi sumber energi.

Kegiatan pengomposan yang dilakukan Kelompok 111 dibantu dengan penambahan EM4 (Effective Microorganism 4). EM4 sendiri merupakan bakteri fermentasi dari senyawa organik tanah yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 mencapai sekitar 80 genus dengan 5 golongan pokok yaitu bakteri fotosentetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., ragi (yeast), dan Actinomycetes. Bantuan mikroba ini akan mempercepat proses penguraian dan pematangan kompos. Selain itu, keberadaan mikroba juga akan memaksimalkan kandungan unsur hara yang dapat dihasilkan oleh kompos.

Pembuatan kompos dilakukan menggunakan alat yang mudah ditemukan yaitu ember bekas yang dilubangi dan memiliki tutup di bagian atasnya serta pengaduk kayu. Di sisi lain, bahan yang dipersiapkan antara lain limbah sayur dan buah yang dipotong kecil, gula merah, air, EM4, dan tanah. Setelah alat dan bahan siap, gula merah dilarutkan dengan air dan diberi EM4 di ember kecil. Setelah itu, limbah sayur dan buah serta tanah dimasukkan secara bergantian ke ember besar sambil sesekali diberi larutan EM4 dan gula merah. Setelah semua bahan masuk, semua bahan diaduk hingga rata. Setelah selesai, ember ditutup dan ditempatkan di tempat teduh atau terhindar dari matahari langsung dan terlindungi dari hujan selama 1 bulan. Dalam prosesnya, pupuk perlu diaduk 2 hari sekali setelah penutupan ember.

Pembuatan kompos dilakukan bersama perangkat dan warga desa sekitar Balai Desa Muneng. Perangkat dan warga desa tampak antusias dalam pembuatan komposter dengan memerhatikan proses dan penjelasan dari mahasiswa KKN. Bapak Tohar selaku Sekretaris Desa Muneng juga mengungkapkan ketertarikannya dalam pembuatan kompos ini. Beliau berharap melalui pembuatan komposter yang dicontohkan mahasiswa KKN dapat dilanjutkan oleh warga Desa Muneng.

"Saya harap apa yang dicontohkan mas dan mbak KKN hari ini dapat diikuti oleh warga Desa Muneng. Ini kan hal baik, bermanfaat, dan dapat menjadikan lingkungan lebih bersih dan subur. Warga juga dapat membuat rumahnya lebih hijau dan asri dengan menanam tanaman menggunakan pupuk ini" ungkap Bapak Tohar.

Adapun warga setempat juga turut serta mendukung upaya penerapan Teknologi Tepat Guna berbentuk kompos sebagai upaya untuk meminimalisir jumlah sampah, apalagi dalam skala yang signifikan jika dilakukan secara masif. "Saya berterimakasih kepada mahasiswa KKN karena juga bersedia mengajarkan teknologi mengelola kompos rumahan, sehingga kami kini bisa mengelola limbah dari rumah" Imbuh Bu Mei, sebagai warga setempat pemilik toko kelontong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun