LAMONGAN - Desa Pamotan merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. Desa Pamotan memiliki banyak tanaman pandan berduri, baik yang tumbuh secara liar maupun sengaja ditanam. Pandan berduri ini biasa dimanfaatkan perempuan di Desa Pamotan untuk dibuat menjadi tikar pandan, sayangnya tikar pandan ini memiliki harga yang rendah dan juga tidak stabil. Karena hal ini perlunya solusi untuk pemanfaatan pandan berduri menjadi produk lain selain tikar pandan.
Kelompok Lamongan 9 KKNT Unesa berinisiatif untuk mengadakan pelatihan bagi para pengrajin tikar pandan untuk membuat kerajinan anyaman pandan. Sasaran yang diharapkan yakni 50 pengrajin dari Dusun Sumbersoko dan Ngegreng dan yang menghadiri acara ini ada 60 peserta dari kedua dusun tersebut. Dusun Sumbersoko merupakan salah satu dusun di desa Pamotan. Di dusun ini banyak pengrajin anyaman tikar dari pandan. Namun mereka hanya mampu mengolah pandan dengan bentuk tikar saja yang jika dijual memiliki harga jual yang rendah. Oleh karena itu kita melakukan sosialisasi dan pelatihan pengolahan anyaman pandan menjadi barang dengan harga jual yang lebih tinggi.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (28/5). Kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Kepala Badan PSDM Kementerian Desa dan PDTT Prof. Dr. Luthfiyah Nurlela, M.Pd., Selain itu kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Balai Besar Latihan Masyarakat (BBLM) Yogyakarta, dan juga kepala Divisi KKN Unesa Dr. Nurkholis, M.Pd.
Warga sumbersoko dan ngegreng sebelumnya belum pernah mendapatkan pelatihan seperti ini karena pelatihan selalu dilakukan di Dusun Pamotan. Hal ini disebabkan oleh akses jalan menuju sumbersoko dan ngegreng ini cukup sulit untuk dilalui. Karena itu warga atau peserta yang hadir sangat senang dan antusias melakukan pelatihan ini untuk menambah penghasilan keluarga yang kebanyakan warga sekitar hanya bekerja sebagai petani. Peserta yang hadir sudah beritahu sebelumnya bahwa mereka dikegiatan ini harus membawa anyaman pandan yang belum jadi atau masih berbentuk lembaran yang nantinya akan dibentuk atau dijadikan produk dengan harga jual yang lebih tinggi dari tikar yang biasa mereka buat sehari-hari.
Di kegiatan ini warga tak hanya duduk diam mendengarkan materi tapi juga mereka akan secara langsung melakukan demo praktek untuk membuat karya produk berupa tas, sandal, tempat tisu, dll. Melalui kegiatan ini tindak lanjut yang dilakukan yakni warga sekitar dapat mengambil ilmu yang didapat untuk membuat suatu karya yang nantinya bisa dipraktikkan sendiri di rumah dan dapat dipasarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H