Kelangkaan pupuk kimia (Anorganik) sering kali membuat kita kebingungan untuk melakukan usaha budi daya tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura (sayur sayuran). Sehingga sering kali produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan karena tanaman kekurangan unsur hara yang dibutuhkan. Selain itu pupuk kimia (anorganik) jenis subsidi masih mengalami problematika yang pelik, salah satunya adalah proses distribusi yang tidak merata.Â
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari petani yang menggunakan pupuk secara berlebihan, dan juga adanya oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menyalahgunakan pupuk jenis subsidi tersebut. Mayoritas petani saat ini lebih sering menggunakan jenis pupuk Anorganik dibandingkan dengan pupuk organik, karena pupuk anorganik dirasa lebih praktis dan efisien bagi tanaman.Â
Namun persepsi dari petani kontradiktif/berbanding terbalik dengan manfaat yang sebenarnya. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus/jangka panjang akan mengakibatkan tanah menjadi mengeras, tidak subur, dan tanah kekurangan unsur hara.
Menanggapi problematika di atas kami mahasiswa KKN-T Unipma Kelompok 34 berinisiatif untuk melakukan sosialisasi pembuatan pupuk organik kepada warga. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yang kompleks, dan juga salah satu bentuk Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada Masyarakat. Kegiatan "Sosialisasi & Pembuatan Pupuk Organik" dilaksanakan pada hari Sabtu (28/01/2003) di Dusun Cabe, Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.Â
Kegiatan ini dihadiri oleh Kelompok Wanita Tani (KWT), Kelompok tani Dusun Cabe, dan juga dihadiri dosen Biologi dari Universitas PGRI Madiun. Kegiatan ini mendapatkan reaksi yang positif bagi warga Dusun Cabe, serta antusiasme warga untuk mengikuti pelatihan ini juga sangat tinggi. Kegiatan ini dipelopori oleh saudara Wahyu Priyo Widodo selaku ketua panitia dan penanggung jawab, ibu Ir. Ani Sulistyarsi, MM., M.Si. sebagai dosen pembimbing lapangan serta dibantu oleh seluruh mahasiswa KKN-T Unipma Kelompok 34.Â
Wahyu berharap dengan adanya sosialisasi dan pelatihan ini bisa membantu masyarakat Dusun Cabe untuk ber-swadaya membuat pupuk sendiri (organik) yang biayanya relatif lebih rendah, dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. Selain hal tersebut, Wahyu juga menjelaskan kepada warga bahwa penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus akan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah merendah.
Pembuatan pupuk organik ini ada beberapa cara, salah satunya adalah menggunakan bonggol pisang yang dicampurkan dengan gula merah, air leri (air cucian beras), dan air kelapa. Tata cara penggunaan pupuk organik ini adalah sebagai berikut; 1) Mencincang bonggol pisang, jadi bonggol pisang dicacah secara halus kemudian dimasukan ke dalam bak/ember yang sudah disiapkan. 2) Melarutkan gula merah, gula merah sebanyak 1kg (menyesuaikan air yang akan digunakan) dilarutkan secara halus.
3) Air leri, air leri ini mengandung nutrisi yang dapat membuat tanaman menjadi lebih subur. Penggunaan air leri ini kurang lebih 2 liter. 4) Air kelapa, air kelapa ini berfungsi sebagai unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium, Ca yang dapat meningkatkan produktivitas tanah dan hasil produksi tanaman. Setelah seleruh bahan sudah siap dieksekusi, langkah selanjutnya adalah dimasukan kedalam ember/bak dan diaduk sampai merata. Kemudian ember ditutup secara rapat, kemudian selama lima hari sekali dibuka tutupnya selama satu menit agar pupuk mengeluarkan uap di dalamnya. Proses ini berjalan selama 2-3 minggu.
Kami selaku Mahasiswa KKN-T UNIPMA 2023 dari kelompok 34 mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu untuk kelancaran kegiatan ini. Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, serta dapat menjadikan opsi yang efektif dan solutif bagi Dusun Cabe Desa Sugihwaras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H