Mohon tunggu...
KKNT KELOMPOK56
KKNT KELOMPOK56 Mohon Tunggu... Mahasiswa - KELOMPOK KKN

KELOMPOK KKN-T UNIPMA 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Batik Local Pride "Batik Mbah JO" Bersama Mahasiswa KKN-T UNIPMA 2023 Kelompok 56

6 Februari 2023   09:27 Diperbarui: 6 Februari 2023   11:40 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batik merupakan ciri khas bangsa Indonesia sejak ratusan tahun silam. Sejarah pembuatan batik tidak lepas dari kisah perjuangan bangsa Indonesia ketika dijajah. Kala itu, ornamen batik hanya dipakai oleh para bangsawan dan kerajaan. Seiring jaman, kini batik dikenal luas digunakan oleh masyarakat dari berbagai lapisan. 

Batik memiliki nilai tersendiri dalam keindahan ornamen / gambar. Bentuk-bentuk yang digambarkan melambangkan beberapa ciri khusus bahkan ikon dari berbagai daerah. Kini, batik bisa ditemui di berbagai daerah salah satunya berada di Kabupaten Madiun, tepatnya di dusun Tlagan, desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng. UMKM "Batik Mbah Jo" merupakan industri batik yang sampai sekarang masih eksis dan tidak meninggalkan tradisi batik tradisional.


Berawal dari tahun 1990, Lamijo Utomo yang akrab disapa Lek Jo mengikuti pelatihan membatik dari desa yang dibina oleh LPM Malang. Setelah pelatihan, Lek Jo memulai bekerja pertama kali di usaha batik "Barokah" yang berada di sekitar desa. Beliau bertugas sebagai teknisi pada waktu itu. 

Seiring berjalan nya waktu Lek Jo mengikuti berbagai pelatihan, di tahun 2010 beliau ditawari untuk membina pelatihan batik di desa oleh pak Camat. Kami bertanya ke Lek Jo " Lek Jo, dulu inspirasi membuat batik muncul dari mana?". Beliau menjawab " dulu saya inspirasi batik dari mbok saya (ibu kandung) yang waktu itu sedang membatik". Pada waktu kecil, Lek Jo sudah hobi dengan menggambar. Sampai saat ini Lek Jo menekuni Batik yang dirancang sendiri dan hasil dari pengembangan.

Pada 17 Oktober 2011, Lek Jo memproduksi dan mendirikan industri kecil / UMKM Batik yang dinamai "Batik Mbah Jo". Filosofi dipanggil Mbah Jo, karena panggilan masyarakat desa yang mempercayai Lek Jo sebagai pembina, pelatih dan yang dituakan/ senior dari batik di desa kenongorejo. Modal awal Lek Jo dalam mendirikan Industri tersebut terbilang unik. 

Lek Jo yang pada waktu 2011 ditawari oleh sebuah dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi untuk melatih selama 5 bulan tidak mau dibayar dengan uang, melainkan mau dibayar dengan dibelikan seperangkat alat membatik. Akhirnya, Lek Jo dibelikan ke pusat produksi di Solo oleh panitia yang menyelanggarakan pelatihan. Dari modal tersebut, beliau berani untuk memproduksi batik secara mandiri dibantu dengan masyarakat yang dilatih sebelumnya di dusun Tlagan desa Kenongorejo.

Menurut Lek Jo, batik memiliki aturan tentang ciri khas. Batik dikatakan mempunyai dan menjadi ciri khas daerah ketika ornamen batik dibuat secara terus-menerus selama 100 tahun tanpa putus. Jika batik dibuat kurang dari 100 tahun sudah berganti ornamen, belum bisa dikatakan menjadi ciri khas. Namun, bisa dikatakan sebagai ikon daerah atau ikon pada tahun tersebut. 

Batik yang dibuat Lek Jo memiliki ikon yang berganti-ganti tiap kepala daerah di kabupaten madiun. Untuk tahun kepemimpinan Mbah Tarom / H. Muhtarom S.Sos, Bupati Madiun 2008-2018 beliau membatik dengan ikon tanaman porang yang menjadi penghasil bagi masyarakat. Lalu tahun ini, kepemimpinan Kaji Mbing / H.Ahmad Dawami R.S. S.Sos,Bupati Madiun 2018-sekarang beliau membatik dengan ikon kampung pesilat yang menggambarkan semangat para pemuda di Kabupaten Madiun.

Teknik membatik yang digunakan Lek Jo adalah teknik tradisional dengan tulis / canting. Beliau tidak mau menggunakan printing dan cap karena tidak mau merusak nilai khas batik. Maka dari itu, harga yang dipatok untuk per meter batik mencapai 150.000 -- 1.000.000 rupiah tergantung motif dan hanya menyasar ke pejabat dan instansi pemerintah. 

KKN-T Unipma 2023 yang dimulai pada tanggal 5 Januari 2023-18 Februari 2023 memiliki Program kerja, salah satunya adalah PEN-UMKM. Program PEN-UMKM mendorong mahasiswa untuk membantu desa di bidang pemulihan ekonomi melalui UMKM yang berada di desa. Kelompok 56 menyasar sektor UMKM "Batik Mbah Jo". Melalui program ini, mahasiswa memiliki ide di sektor pemasaran untuk memasarkan produk melalui laman media berita dan media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun