Omah tiwul didirikan oleh sepasang suami istri yang bernama bapak Siswanto dan ibu lutami beliau juga alumni UNIRA MALANG pada tahun 2013. Awal mula pak sis merintis omah tiwul ini pada April 2014 berawal membuat dengan mencoba 5kg, mulai dari proses pemotongan sampai penjemuran bahan dilakukan sendiri dan saat itu labelnya pun masih berbentuk lebel sederhana yang difotokopi. Saat bercerita tentang perjalanan merintis omah tiwul ini pak sis mengatakan bahwa dalam usaha pasti selalu ada pasang surutnya, seperti yang dialaminya saat Covid 19 yang lalu, usahanya pun sempat mengalami kebangkrutan namun dengan komitmennya dalam menjalankan usaha ini omah tiwul bisa bangkit lagi. Kata pak sis dalam kunjungan kami yang pertama pada selasa, 30 Januari 2024 "dalam hidup kita pasti selalu belajar, tapi untuk mencapai kesuksesan komitmen diperlukan, karena kalo kita selalu belajar hal baru tapi meninggalkan hal yang lama, kapan kita bisa memulai. Belajar hal baru boleh. Tapi belajar hal baru untuk memperbarui hal lama itulah yang dimaksud".
      Untuk awal pemasarannya disebar ke beberapa pasar produk yang dibuat diminati oleh Masyarakat maka dari itu beliau tambah semangat untuk membuat usahanya lebih besar lagi. Produk yang dijual di Omah Tiwul yaitu tiwul, gatot, dan ampok. Untuk produk tiwul terdapat beberapa rasa yaitu original, gula putih, pandan dan yang best seller saat ini adalah rasa gula merah. Usaha ini memiliki 4 cabang dan karyawan yang berjumlah 16 karyawan yang dibagi untuk bagian produksi, pengemasan dan pemsaran. Untuk proses pembuatan tiwul instan sudah menggunakan tepung jadi dimulai dengan mengayak tepung kemudiakan ditambahkan air dan diberi macam varian rasa. Untuk produksi tiwul instan sehari dapat mencapai 100 kg dan dijemur kurang lebih selama 1-2 hari tergantung cuaca. Sedangkan, untuk pembuatan gerit (ampok) yaitu dimulai dengan tepung jagung diselep lalu dimasak beberapa setelah itu diselep lagi dan di jemur kurang lebih selama 1-2 hari tergantung cuaca.
      Omah tiwul memiliki 2 merek yang sudah terkenal yaitu Arbarra merek ini diambil dari gabungan dari nama anak pertamanya yaitu Ardan dan anak kedua yang bernama Barra, dan merek yang kedua yaitu Istimewa.  Untuk pemasarannya peminat terbesar sudah sampai beberapa daerah pasar besar, batu dan pusat oleh-oleh sedangkan untuk pengiriman ke luar negeri yaitu Hongkong dan Dubai dan ekspornya sempat berhenti sempat adanya Covid-19 namun sekarang masih berjalan lagi. Kendala yang dihadapi selama proses pembuatan tiwul instan maupun giret yaitu pada faktor tepungnya tidak jarang tepung yang mereka gunakan warnanya sering tidak sama dan cuaca yang tidak menentu juga berpengaruh.