Industri tahu menghasilkan limbah cair dan padat. Limbah cair berasal dari pencucian, perendaman, dan pencetakan kedelai, sedangkan limbah padat berasal dari kulit kedelai dan ampas tahu.
Limbah cair tahu harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Namun, akibat kurangnya pengetahuan tentang cara mengelola limbah cair tahu ini, limbah tersebut langsung dibuang ke sungai tanpa diproses terlebih dahulu. Meskipun demikian, limbah ini mengandung banyak senyawa organik yang dapat mencemari air. Hal ini akan berdampak negatif pada semua makhluk hidup di sekitar kita jika terus terjadi. Oleh karena itu, untuk mencegah pencemaran perairan dan sungai, pengelolaan limbah cair tahu harus diprioritaskan.
Pupuk organik cair sebagai solusi: Pupuk organik cair dapat dibuat dari limbah cair tahu yang diolah atau dari sisa tanaman dan hewan yang mengandung lebih dari satu unsur hara.
Di Desa Sumberwaru Kecamatan Sukowono Kab. Jember, Mahasiswa KKN Kolaboratif Kelompok 208 mengadakan penyuluhan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyelesaikan masalah limbah dan memberi tahu Masyarakat khususunya karang taruna tentang cara mengubah limbah cair menjadi produk bernilai ekonomi.
Dalam penyuluhan yang diadakan pada hari Selasa, 20 Agustus 2024, mahasiswa KKN menjelaskan cara membuat pupuk organik cair dari limbah tahu. Proses ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mudah diterapkan oleh masyarakat khususnya petani di desa Sumberwaru. Dengan menggunakan bahan-bahan sederhana dan teknik fermentasi, limbah cair tahu yang sebelumnya dianggap sebagai masalah dapat diubah menjadi pupuk yang bermanfaat.
Antusiasme karang taruna terlihat dari banyaknya orang yang hadir dan aktif bertanya selama penyuluhan berlangsung. Selain itu, para mahasiswa memberikan demonstrasi langsung pembuatan pupuk organik cair, yang dapat dipraktikkan oleh karang taruna kepada masyarakat nantinya. Para mahasiswa berharap kegiatan ini akan membantu mengatasi masalah limbah cair yang dibuang ke aliran sungai kecil dan juga meningkatkan hasil pertanian melalui penggunaan pupuk organik.
Kepala dusun Krajan dan Kebon, yang turut berpartisipasi dalam penyuluhan, menyambut baik upaya mahasiswa KKN Kolaboratif 208. Beliau berharap program ini dapat bertahan dan berdampak positif pada lingkungan dan ekonomi warga. Beliau juga berharap program ini bisa menjadi inspirasi bagi pemuda karang taruna desa sumberwaru untuk mengelola limbah secara efisien dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H