Sumberdawesari, Pasuruan -- Pada pertengahan bulan Juni sampai awal bulan Juli 2024, mahasiswa KKN UINSA bersama kelompok masyarakat desa sumberdawesari berhasil laksanakan FGDÂ (Forum Group Discussion)Â mengenai stunting dan program kerja dalam tiga kali pertemuan.
FGD pertemuan pertama membahas mengenai tingginya angka stunting di desa sumberdawesari yang menjadi latar belakang diangkatnya tema stunting sebagai permasalahan utama. Stunting di desa sumberdawesari disebabkan tidak seimbangnya gizi pada balita yang menyebabkan berat dan tinggi badan dibawah standar dan pola asuh keluarga yang tidak memahami pentingnya pemberian makanan bergizi. Selain itu, minimnya jumlah balita yang hadir di posyandu sehingga tidak bisa melakukan pemantauan perkembangan balita secara rutin.
Stunting ditandai dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan tinggi badan kurang dari 48 cm, serta dapat berpengaruh pada kecerdasan yang dapat mengakibatkan retradasi mental. Di desa sumberdawesari sendiri angka stunting sempat turun pada tahun 2023, namun naik kembali pada tahun 2024.
Langkah masyarakat desa sumberdawesari untuk menurunkan angka stunting salah satunya dengan melakukan program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang dilakukan setiap hari dengan menu yang berbeda-beda. Pada hari Sabtu diadakan kegiatan monitoring dan evaluasi terkait dampak PMT terhadap perkembangan balita.
Karena hal itu, mahasiswa KKN UINSA dan kelompok masyarakat di desa sumberdawesari sepakat untuk merencanakan program kerja yang meliputi empat aspek, yaitu SDM (Sumber Daya Manusia), kebijakan, lembaga, dan infrastruktur. Dalam diskusi tersebut berhasil merencanakan program kerja edukasi masyarakat, advokasi, pembentukan kebun gizi yang memanfaatkan lahan kosong, dan pembentukan kelompok pengurus kebun gizi. Setelah selesai FGD pertemuan pertama, mahasiswa KKN UINSA melakukan advokasi dengan pemerintah desa sumberdawesari.
FGD pertemuan kedua membahas mengenai tanaman yang akan ditanam di kebun gizi yang meliputi sayuran, buah segar, dan TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Berbagai tanaman tersebut memiliki manfaat dan keguanaan masing-masing yang dapat diolah menjadi makanan bergizi sehingga dapat membantu penurunan angka stunting di desa sumberdawesari. Kemudian, merencanakan hari penyemprotan lahan, pembersihan lahan, dan menanam sebagai tindak lanjut dari pembahasan diskusi pertemua kedua.
Selain pembahasan mengenai tanaman, juga membahas pembentukan struktur pengurus kebun gizi yang diberi nama kelompok "Bhakti Bumi". Bhakti bumi memiliki filosofi agar kelompok yang dibentuk dapat berbakti kepada alam dan makhluk hidup demi tercapainya kehidupan yang lebih sejahtera melalui misi kemanusiaan dan cinta alam.
FGD pertemuan ketiga membahas mengenai penambahan anggota pada struktur kepengurusan dan deskripsi jabatan yang diampuh masing-masing anggota. Beberapa orang dari kelompok masyarakat menyarankan bahwa nantinya hasil panen dapat disimpan di pelompongan Selatan Polindes (Pondok Bersalin Desa) dan mendistribusikan hasil panen melalui warung posyandu dengan harga terjangkau.