Â
Di tengah dinamika modernisasi yang begitu cepat, menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal menjadi tantangan tersendiri. Salah satu warisan budaya kuliner yang terus dipertahankan di Desa Banaran, Sekaran, adalah tempe daun, yang dikenal dengan proses pembuatannya yang unik dan cita rasa yang khas. Tempe daun ini diproduksi oleh Pak Suradi, seorang pengusaha UMKM yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya untuk mempertahankan tradisi ini. Namun, tantangan yang dihadapinya tak bisa dianggap remeh. Di sinilah peran KKN MB 14 UIN Walisongo Semarang menjadi sangat penting dalam membantu Pak Suradi mengembangkan usahanya dan menghadapi berbagai tantangan yang ada.
Sejarah Singkat Tempe Daun Pak Suradi
Tempe daun yang diproduksi oleh Pak Suradi memiliki sejarah panjang yang tak lepas dari kearifan lokal Desa Banaran. Proses pembuatan tempe ini diwariskan dari generasi ke generasi konon UMKM Tempe Daun Pak Suradi ini adalah Warisan Keluarganya, menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar desa. Daun jati dipilih sebagai pembungkus tempe karena selain mudah didapat, daun ini juga memberikan aroma khas yang menambah cita rasa tempe.
Tantangan yang Dihadapi Pak Suradi
Meskipun tempe daun memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, Pak Suradi menghadapi berbagai tantangan dalam usahanya. Salah satu tantangan terbesar adalah pemasaran. Dengan metode produksi yang masih tradisional, Pak Suradi hanya mampu memproduksi tempe dalam jumlah yang terbatas. Selain itu, pemasaran yang masih dilakukan secara konvensional membuat tempe daun ini sulit bersaing di pasar yang lebih luas.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan pengetahuan tentang manajemen usaha yang lebih modern. Pak Suradi mengelola usahanya secara mandiri dengan modal yang terbatas, sehingga sulit baginya untuk melakukan inovasi atau memperluas jangkauan pasarnya. Kondisi ini membuat usaha tempe daun Pak Suradi berjalan stagnan, meskipun permintaan akan produk ini sebenarnya cukup tinggi.
Peran KKN MB 14 UIN Walisongo Semarang
Kedatangan mahasiswa KKN MB 14 UIN Walisongo Semarang di Desa Banaran membawa angin segar bagi Pak Suradi. Dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang dimiliki, para mahasiswa ini siap membantu Pak Suradi untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada. Program KKN ini menjadi sarana untuk mengimplementasikan teori yang dipelajari di kampus ke dalam praktik nyata di masyarakat.
Langkah awal yang diambil oleh tim KKN MB 14 adalah melakukan analisis terhadap usaha tempe daun Pak Suradi. Dari hasil analisis tersebut, ditemukan bahwa meskipun produk ini memiliki keunikan dan potensi yang besar, namun kurangnya branding dan strategi pemasaran menjadi kendala utama dalam mengembangkan usaha ini. Oleh karena itu, tim KKN memutuskan untuk fokus pada pengembangan branding dan pemasaran digital.
Branding dan Pemasaran Digital
Tim KKN MB 14 membantu Pak Suradi dengan merancang pamflet yang lebih menarik, namun tetap mempertahankan ciri khas lokal. Kemasan yang baru didesain agar lebih modern namun tetap menonjolkan identitas tempe daun sebagai produk lokal yang autentik.
Inovasi dalam Proses Produksi
Selain membantu dalam aspek pemasaran, tim KKN MB 14 juga memberikan saran untuk meningkatkan efisiensi dalam proses produksi. Salah satu saran yang diberikan adalah penggunaan alat-alat sederhana yang dapat mempercepat proses pembuatan tempe tanpa mengurangi kualitasnya. Tim KKN juga memberikan pelatihan tentang teknik fermentasi yang lebih optimal, sehingga tempe yang dihasilkan lebih konsisten dalam hal rasa dan tekstur.
Untuk mengatasi masalah cuaca yang sering mengganggu proses fermentasi, tim KKN menyarankan Pak Suradi untuk menggunakan ruangan khusus yang suhunya bisa dikontrol. Dengan adanya ruangan ini, proses fermentasi bisa berlangsung lebih stabil, sehingga kualitas tempe daun bisa lebih terjaga.
Dampak Positif bagi Pak Suradi dan Masyarakat Desa
Kehadiran KKN MB 14 UIN Walisongo Semarang memberikan dampak positif yang signifikan bagi Pak Suradi dan masyarakat Desa Banaran. Selain meningkatkan penjualan tempe daun, program ini juga membuka peluang bagi masyarakat desa untuk terlibat dalam proses produksi dan pemasaran. Dengan demikian, program KKN ini tidak hanya bermanfaat bagi Pak Suradi, tetapi juga memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi desa secara keseluruhan.Melalui program ini, mahasiswa KKN tidak hanya belajar dari pengalaman di lapangan, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat desa dalam mengembangkan UMKM seperti usaha tempe daun Pak Suradi adalah contoh konkret bagaimana program KKN bisa menjadi sarana pemberdayaan masyarakat yang efektif.
Harapan ke Depan
Keberhasilan KKN MB 14 UIN Walisongo Semarang dalam membantu mengembangkan usaha tempe daun Pak Suradi diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain yang akan menjalani program KKN. Dengan pendekatan yang tepat dan pemanfaatan teknologi, produk lokal yang memiliki potensi besar seperti tempe daun ini bisa dikembangkan lebih lanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.Pak Suradi sendiri berharap agar usahanya bisa terus berkembang dan dikenal lebih luas. Dengan bantuan dari tim KKN, kini ia lebih percaya diri untuk memasarkan produknya ke luar daerah dan bahkan bermimpi untuk menembus pasar nasional. Ini adalah bukti bahwa dengan semangat yang kuat dan kolaborasi yang baik, tantangan sebesar apapun bisa diatasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H