Mohon tunggu...
kknregulerunisa balecatur53
kknregulerunisa balecatur53 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bersosialisasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pencegahan Sampah Organik dengan Maggot, Mengurangi Limbah, Meningkatkan Produktivitas Masyarakat di Dusun Sembung

18 September 2024   23:13 Diperbarui: 18 September 2024   23:14 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Yogyakarta adalah salah satu kota tujuan wisata terbesar di Indonesia dan menjadi pusat pendidikan yang menarik banyak pendatang. Pertumbuhan penduduk yang pesat meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Sampah dari rumah tangga, komersial, dan industri semakin meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan kepadatan penduduk.

Sistem pengelolaan sampah yang ada seringkali belum mampu mengimbangi volume sampah yang terus meningkat. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan, Yogyakarta, telah mengalami over kapasitas. TPA tersebut tidak lagi mampu menampung sampah dalam jumlah besar, yang menyebabkan penumpukan sampah dan masalah lingkungan seperti pencemaran tanah dan air.

Di Yogyakarta, sebagian besar sampah langsung dibawa ke TPA tanpa melalui proses pemilahan yang memadai. Kurangnya fasilitas daur ulang yang memadai menyebabkan jumlah sampah yang bisa didaur ulang menjadi sangat rendah. Padahal banyak jenis sampah yang seharusnya bisa diolah kembali seperti plastik, kertas dan logam.

Kota Yogyakarta dan sekitarnya sangat bergantung pada TPA Piyungan sebagai tempat akhir pembuangan sampah. Ketika TPA tersebut ditutup sementara atau mengalami masalah operasional, sampah seringkali menumpuk di berbagai tempat yang menimbulkan keresahan masyarakat. Pemerinta kota Yogyakarta harus segera mengangkut sebagian besar dari perkiraan 5.000 ton sampah yang masih menumpuk di berbagai depo dan TPS ke TPA Piyungan. Sebab bila dibiarkan maka akan mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan. Dikarenakan fasilitas pengolahan sampah di kota yang belum maksimal, selama ini sampah-sampah di Kota Yogyakarta hanya ditahan di depo-depo dan kondisi darurat sampah ini harus segera diselesaikan.

Dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami memperoleh dusun yang memiliki masalah dalam sistem pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah sering kali tidak memiliki sistem teratur. Sampah rumah tangga sering dibuang sembarangan dan dibakar yang berdampak negatif pada lingkungan. Rendahnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya pengelolaan sampah yang baik sering menjadi akar masalah. Banyak warga yang mungkin belum sepenuhnya memahami dampak buruk dari penanganan sampah yang tidak benar, seperti pencemaran lingkungan, tanah, air dan udara. Jenis sampah yang paling banyak menimbulkan masalah biasanya yaitu sampah plastik dan bahan non organik lainnya. Pada program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami memberikan solusi terkait penanganan sampah anorganik dengan menggunakan maggot.

Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang kerap meresahkan masyarakat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Dalam pengelolaannya, sampah membutuhkan manajemen pengelolaan yang mendukung dan mumpuni mulai dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) hingga tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, pupuk organik cair, dan biogas. Salah satu tren terkini dalam mengelola sampah organik dapat dilakukan dengan menggunakan maggot. Maggot adalah larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF). Pengelolaan sampah menggunakan maggot BSF dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat karena memiliki nilai jual. Maggot BSF diketahui memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga dapat dijadikan pakan ternak, dan pengurai sampah organik menjadi pupuk kompos.

Budidaya maggot selain untuk mengurai sampah organik dapat pula dijadikan sebagai sumber pakan ternak. Larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) ini digunakan sebagai alternatif pakan ternak karena memiliki sumber protein yang tinggi. Lalat BSF ini mengkonsumsi segala jenis sampah organik sisa yang telah dikonsumsi oleh manusia seperti sisa makanan, sisa sayuran, buah-buahan, daging bahkan tulang hewan yang lunak. Maggot (Hermetia illiciens) atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) ini merupakan jenis organisme kecil yang dapat hidup di lingkungan yang ekstrim, misalnya pada media yang banyak mengandung alkohol, garam, asam, dan amonia.

Keunggulan yang dimiliki oleh Maggot (Hermetia illiciens) sebagai salah satu larva dari lalat BSF yakni memiliki kandungan protein hewani yang tinggi berkisar antara 30-45%. Oleh karena itu, penggunaan maggot sebagai alat tambahan pakan ternak sangat mendukung guna memberikan protein yang cukup pada hewan-hewan ternak. Selain protein yang tinggi, maggot juga memiliki kandungan anti jamur dan anti mikoroba sehingga ketika dikonsumsi oleh hewan ternak maka hewan ternak tersebut akan tahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

Dalam proses pembudidayaan maggot dapat dipanen dalam waktu yang singkat dan berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan pakan hewan-hewan ternak, memanen maggot kurang lebih membutuhkan waktu cukup satu bulan untuk menghasilkan maggot siap pakai atau siap dijadikan pakan tambahan hewan-hewan ternak. Budidaya maggot BSF ini merupakan salah satu upaya pengendalian sampah organik. Dengan menggunakan teknologi biokonversi maggot ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah organik rumah tangga dengan cepat, selain itu maggot juga diharapkan dapat menjadi bahan baku alternatif pakan yang dibudidayakan oleh masyarakat.

Adanya kepedulian dari rumah tangga, untuk meminimalkan sampah dapur tentunya akan sangat membantu meminimalkan timbunan sampah yang akan masuk ke lingkungan. Meminimalkan sampah ini dapat diupayakan melalui inovasi 3R, yakni reuse (pakai ulang), reduce (mengurangi timbulnya sampah), dan recycle (mendaur ulang menjadi barang yang berguna). Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dikelola menjadi produk dengan nilai jual yang tinggi seperti kompos organik, pupuk organik cair, mikroorganisme lokal, industri kerajinan ecobrik dan industri kerajinan berbasis enceng gondok. Daur ulang sampah organik (biowaste), masih sangat terbatas khususnya di daerah berpendapatan rendah dan menengah, padahal sampah jenis tersebut yang menjadi kontributor utama dari sampah perkotaan yang dihasilkan.

Metode atau cara yang dapat dilakukan dalam proses pembudidayaan maggot dapat melalui cara-cara sebagai berikut :

a. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam budidaya maggot

  • Ember / wadah bekas
  • Sampah organik / sisa makanan, sayuran dan buah-buahan
  • Bibit maggot
  • Dedak (pakan ternak)

b. Langkah-langkah bibit maggot

Sampah organik atau sisa-sisa makanan dikumpulkan dan ditempatkan pada wadah bekas yang telah disiapkan.

  • Proses pencampuran dedak (pakan ternak) dengan sampah organik sebagai media penetasan telur maggot

Pencampuran sampah organik dengan dedak ini bertujuan untuk digunakan sebagai media penetasan telur/bibit maggot, diberi air secukupnya pada campuran tersebut agar mendapatkan tekstur yang lembab.

  • Siapkan telur/bibit maggot yang dialasi tisu/jaring nyamuk kemudian tempatkan pada campuran sampah organik dengan dedak (pakan ternak) yang sudah disiapkan. Tisu digunakan sebagai alas agar bibit maggot tidak lembab ketika ditempatkan pada media penetasan.
  • Tutup wadah/ember media penetasan dengan menyisakan udara agar tidak terlalu panas untuk bibit maggot

Untuk kandang BSF harus memenuhi syarat sebagai berikut :

  • Ditempatkan pada suhu ruang dengan idela suhu 36 derajat
  • Tidak terkena hujan
  • Tidak terpapar langsung oleh sinar matahari

c. Proses Pemanenan Maggot

Proses pemanenan maggot dilakukan minimal setelah berumur 2 minggu. Pada umur 2 minggu telur/bibit lalat Black Soldier Fly (BSF) memasuki fase larva. Daur hidup maggot sebelum menjadi lalat kembali yakni 37 hari. Setelah maggot mencapai usia 26 hari, maggot sudah dapat dipanen dan diberikan pada hewan ternak sebagai campuran pakan.

Siklus hidup Maggot BSF adalah siklus metamorphosis sempurna melalui 5 fase, yaitu fase dewasa (imago), fase telur, fase larva, fase prapupa, dan fase pupa. Proses pemberian makan pada maggot yang mencapai larva adalah dengan menggunakan sisa makanan atau sampah organik yang telah dicincang terlebih dahulu. Suhu udara dalam media penetasan pun harus diperhatikan agar larva maggot BSF tidak mati.

Media penetasan maggot atau limbah yang dihasilkan dari maggot berupa zat yang tidak bisa diurai maggot yang terkandung dalam sampah organik karena kadar serat tinggi ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik. Biomassa dari produk sisa yang dihasilkan oleh maggot masih dapat dimanfaatkan sebagai penunjang dalam kegiatan pertanian yang dapat digunakan sebagai pupuk organik yang dikenal dengan istilah Kasgot (Bekas Maggot). Dalam ruang lingkup lingkungan berkelanjutan, produk kasgot dapat dioptimalisasi sebagai pupuk organik. Dengan adanya budidaya maggot diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan peluang guna memanfaatkan organisme kecil ini menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun