Tiga puluh enam jam sudah kami berada di Desa Rancakasumba menghatamkan lika liku jalan-jalan gang yang masih membuat kami merasa kebingungan ketika hendak bercengkrama untuk sekedar menyapa warga sekitar. Namun kami bersyukur karena ada anak-anak yang sungguh antusias akan kehadiran kami di sini tepatnya di RW 13. Antusias mereka memberikan kehangatan di sela-sela kegiatan yang kami lakukan entah itu ingin belajar, membantu, berbagi pengalaman atau sekedar kepo akan kegiatan yang sedang kami lakukan.
Hari ini cuaca di Bandung cukup ekstrim dengan suhu sekitar 16C. Cukup berat juga bagi kami untuk melangkahkan kaki menuju kamar mandi karena memang dingin benar-benar menusuk hingga ke tulang-tulang. Jangankan untuk OTW menuju kamar mandi, untuk bangun dari tempat tidur saja sudah tak sanggup rasanya. Tetapi, apa boleh buat, kami harus tetap menjalankan rutinitas kami untuk 40 hari 40 malam kami dengan ikhlas dan tetap semangat.
Seperti biasa, kami memulai kegiatan di pagi hari dengan melakukan apel bersama TNI dan kelompok lain untuk mendengarkan arahan yang diberikan oleh TNI di bantaran sungai Citarum di RW 11. Sebelum melangkah menuju tempat apel, tak disangaka-sangka kami mendapatkan kunjungan dari kelompok 1 KKN UPI Cibiru 2019 yang datang untuk sekedar bersilaturahmi sembari ikut menunggu waktu apel tiba. Namun tak lama, karena waktu apel sudah semakin mendekat dan mengharuskan kita untuk segera berada di tempat apel.
Apel selesai, namun kegiatan belum usai. Kami masih harus melakukan ritual perjalanan kami selanjutnya yaitu berkunjung ke SDN Rancakasumba 06 ditemani oleh Babinsa untuk mekakukan silaturahmi dan meminta izin untuk merealisasikan program kerja kami yang bersangkutan dengan Citarum Harum. Tak lupa senyum sapa kami tetap kami berikan kepada setiap warga yang kami temui selama di perjalanan.
Suara langkah kaki, tawa dan semangat antusias anak-anak mulai tedengar dan semakin mendekat. Entah apa yang membuat mereka begitu bersemangat untuk selalu berkunjung ke posko kami padahal tak ada hal yang bisa diistimewakan dari kami. Semua hanya alakadarnya, seadanya.
Dering whatsapp terdengar dari handphone milik salah satu manusia penghuni posko. "Saya tunggu di jembatan". Ya, tiba waktunya kami untuk melangkahkan kaki kembali menuju destinasi silaturahmi selanjutnya, RW 12 katanya. Kesadaran warga terhadap Citarum sudah tertanam dengan baik di sana. Tak ada lagi yang berani membuang sampah ke wilayah sungai Citarum sekecil apapun sampah itu. Perlahan tapi pasti. Citarum pasti akan kembali sehat seperti dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H