Mohon tunggu...
KKN Pakisrejo2
KKN Pakisrejo2 Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Konten yang kita masukkan yaitu berhubungan dengan seputar Kuliah Kerja Nyata Kelompok 2 Desa Pakisrejo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Malang Seperti Anak yang Tak Diharapkan

7 Juni 2023   17:32 Diperbarui: 7 Juni 2023   17:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alarm berbunyi pukul 05:00 WIB, seorang gadis terbangun dari mimpi.
“Celaka !”
Harusnya tadi aku buat alarm pukul 04:00 WIB. Sudah telat ke sekolah nih sisiran saja
deh gausah dandan kelamaan.
“Tuh kan gerbangya sudah dikunci !”
Apa aku manjat gerbang saja biar bisa masuk kedalam kelas soalnya hari ini hari
pertama MOS (Masa Orientasi Siswa).
Pada akhirnya Risa memanjat pintu gerbang baru saja belum sampai berhasil ada
yang nepuk punggungnya dari belakang ia juga sangat terkejut.
“BUGG”
suara itu terdengar merdu sampai Risa mematung tak berani bergerak melanjutkan
memanjat pintu gerbang sekolah. Risa menoleh dan benar saja yang menepuk
pundaknya itu seorang perempuan memakai baju dinas. Ternyata perempuan tersebut
guru di kelas barunya nanti.
”Ngapain kamu kok manjat pagar begitu, nak ?” (ucap Bu Guru)
“Oalah ndak kenapa-napa Bu Guru ini tadi saya terlambat dan hari pertama masuk
sekolah.” (ucap Risa dengan jujur)
Yaudah ngga apa-apa silahkan masuk biar Bu Guru bukain pintu gerbang kebetulan
ibu punya kunci cadangan.
Tak lama kemudian Risa berjalan dan sampai di depan kelas sambil mengendapendap ternyata gurunya belum datang, akhirnya Risa bisa langsung berani masuk
kelas.
Risa masuk kelas memakai baju SD yang sudah lusuh namun ini seragam yang ia
miliki satu-satunya, baju putih yang berubah warna menjadi agak kuning dan rok warna
merah yang ada robekan namun sepertinya Risa belum tau kalau roknya robek.
“Selamat pagi anak-anak maaf tadi saya terlambat karena ibu masih ada rapat
sebentar bersama bapak kepala sekolah bersama guru yang lain. Hari ini perkenalan
satu persatu di depan kelas kenalkan nama, cita-cita .dan alasan mengapa memilih
melanjutkan sekolah disini. Yok dimulai dari depan pojok kanan.”
Ternyata Risa yang duduknya disebut Bu Guru akhirnya Risa maju memperkenalkan
diri.
“Hay… namaku Risa Cristiani, panggilanku Risa, cita-cita jujur nggak tahu dan alasan
mengapa saya memilih sekolah disini karena dekat dengan rumah dan biayanya ngga
terlalu mahal” sontak semua tertawa terbahak-bahak apakah saya salah jika
mengatakan yang sebenarnya. (gerutu dalam hati).
“Ri itu kenapa rok kamu yang bawah bagian samping kiri bisa robek seperti itu ?”
Tanya Bu Guru sambil ketawa tipis-tipis.
Dan begitu Risa melihat ternyata benar roknya robek dan lumayan besar ia merasa
malu mungkin gara-gara manjat pintu pagar tadi tapi tidak Risa sadari, pada akhirnya
Risa kembali duduk sambil melipat roknya dan jalan terseok-seok karena sambil
menutupi roknya yang robek itu. Teman-temannya juga menertawakannya.
Hari ini tidak ada pelajaran hanya perkenalan saja, dan besok kalian tolong membawa
perlengkapan MOS ya. Kalian buatlah kalung dari permen kalian sambung dengan
benang hingga bisa dapat dikalungkan di leher dan juga kalian bawa pita merah putih
satu meter dan terakhir bawa topi caping.
“Baikkkkk Buuu Guuuruu” (sontak semua mengiyakan perintah Bu Guru dengan
lantang.)
Risa pulang ke rumah terik matahari menyengat tubuhnya, keringat menetes di
dahinya dan melihat teman satu kelasnya begitu di istimewakan oleh orang tuanya di
hari pertama sekolah dengan sepeda motor juga ada yang pakai mobil namun apalah
daya Risa hanya dijemput dengan kakinya sendiri
“Bu Guru tadi menyuruh membeli peralatan MOS kira-kira ayah punya uang apa tidak
ya aku takut ayah marah, mau minta uang ibu tapi uang ibu hanya cukup buat makan
saja.” (di perjalanan pulang Risa termenung)
Kata Orang Rumahku Adalah Surgaku Tapi Apa Ini Juga Terjadi di Keluarga Risa
?
Assalamualaikum Yah Buk…Risa sudah pulang sekolah. Tidak ada balasan salam
darinya. Risa memiliki adek yang masih kecil kira-kira masih TK namun sepulang
sekolah kadang diajak ibu Risa kerja sebagai ART. Memang adeknya tidak membantu
ibunya cuman kalau ditinggal sendirian dirumah ga punya teman.
“Mungkin ibu lagi kerja jadi gaada yang mau menjawab salamku. Lalu Ayah dimana ya
??” (sambil mencari di ruangqn rumah)
“Astagfirullah hal adzim. Ruang tamu berantakan sekali banyak bekas botol miras
disini yang tergeletak dan ayah tidur dibawah disamping kursi.”
“Ibu sibuk kerja belum lagi masih ngurus adik dan masak dirumah, beres-beres rumah
tanpa ada campur tangan Ayah yang membantu.” (Batin Risa agak sebal tapi masih ia
tahan agar tidak merasakan kecewa yang mendalam).
Aku bangunin Ayah aja soalnya aku mau minta uang buat beli perlengkapan MOS
besok. Ayah terbangun dari tidurnya dan Risa dengan suara yang pelan-pelan
meminta uang kepada Ayahnya.
“Yah…. Risa mau minta uang 15.000 saja buat beli perlengkapan MOS besok, soalnya
Uang Risa sudah habis.”
“Kamu ini jadi anak kerjaannya minta uang mulu dasar nyusahin orang tua aja kamu,
Ayah ga punya uang kamu minta uang sama ibumu aja yang kerja ibumu.” (Suara
yang dilontarkan Ayahnya itu begitu lantang hingga Risa ketakutan)
Tak lama kemudian ibu pulang dengan adik Risa yang masih TK dari tempat Bu Ratna
seorang majikan Ibu Risa bekerja.
“Kenapa ini ko ribut-ribut aja kerjaannya, bisa apa nggak rumah ini itu damai, aman,
tentram tiap hari pasti ada aja masalah memangnya apa ga malu sama tetangga,
kamu juga Risa ngapain kamu bikin ayahmu marah-marah bikin kesal aja.” (Disini Risa
langsung meneteskan air mata padahal dia meminta uang dengan baik-baik tapi kedua
orang tua malah memberikan perlakuan yang tidak enak).
“Bu, boleh Ndak Risa minta uang 15.000 aja buat beli perlengkapan MOS besok
soalnya tadi Bu Guru menyuruh membeli perlengkapan MOS tadi aku minta Ayah ga
dikasih katanya suruh minta ke Ibu.”
“Ibu ngga ada uang Ris uang ibu habis buat belanja sama buat belikan mainan
adekmu tadi pagi minta mainan ibu ga tega adekmu nangis terus sampe ganggu ibu
kerja.”
Ibu kan bisa mengalihkan mainan adek dengan sesuatu yang lain tidak mementingkan
adek terus sedangkan aku seperti tidak diperlukan adil. (Risa hanya membatin dari
jawaban ibu sebenarnya ibu punya uang tapi tidak mau memberikanku apa gimana)
“Tapiii Bu besok Risa gimana, harus minta ke siapa lagi Risa. Aku takut besok dapat
hukuman disekolah jika aku ga mematuhi perintah Bu Guru.”
“Alaahh…bilang aja nanti kalau Ayah sama Ibu ga punya uang buat beli perlengkapan
MOS pasti Bu Guru bakalan ngertiin kok.”
Risa langsung keluar dari rumah sambil berjalan tanpa tujuan merenung dan meratapi
nasibnya bagaimana caranya bisa mendapatkan perlengkapan MOS besok. Di jalan ia
melihat seorang paruh baya yang mau menyebrang jalan namun kesulitan pada
akhirnya Risa membantu orang tersebut.
“Permisi Bu, boleh Risa bantu menyeberangkan jalan ibu ? Saya lihat tadi ibu
kesulitan.”
“Boleh nak boleh itu rumah ibu dibelakang toko itu ya.” (Risa menyeberangkan)
“Terima kasih nak, kamu baik sekali. Oh ya nak tadi kamu mau kemana kok jalan
sendirian apa kamu mau beli sesuatu.”
“Endak Bu Risa tadi hanya jalan-jalan. Bu apakah ibu memerlukan bantuan hari ini
saya siap membantu tapi jujur saja saya lagi butuh sekali uang buat membeli
perlengkapan MOS besok.”
Ibu ini memberikan pekerjaan kepada Risa yang tidak terlalu memberatkannya karena
ia juga merasa iba anak sekecil Risa harus rela bekerja demi bisa sekolah.
“Iyha kebetulan tadi ibu sangat cape sekali nak banyak urusan yang harus ibu
selesaikan. Kamu mau Ndak nak membersihkan rumah ibu.”
“Oh baik siap Bu.” (Risa dengan sangat lihai membersihkan rumah ibu itu hingga tak
ada debu sedikitpun. Dirinya tidak merasa keberatan membantu bersih-bersih karena
sudah terbiasa membantu orang tuanya)
“Wah hebat kamu nak rumah ibu jadi bersih dan rapi. Terima kasih ya nak. Ini upah
buat kamu beli perlengkapan MOS besok ya semoga sekolah kamu lancar ya nak, ini
ibu juga ada sedikit makanan buat kamu ya.”
“Alhamdulillah kalau ibu suka dengan pekerjaan saya, saya juga berterima kasih. Saya
pamit pulang dulu ya Bu. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam hati-hati nak.”
Diperjalanan perut Risa keroncongan seperti cacing didalam perut sudah pada demi
karena dia hanya makan pagi berangkat sekolah sedangkan sekarang sudah larut
malam.
Risa berhenti di gardu pinggir jalan sambil mengisi perutnya dan membuka amplop
yang dikasih ibu tersebut ternyata isinya lumayan banyak. Yang Risa butuhkan Cuma
15.000 namun ternyata dikasih 50.000, sangat bersyukur sekali sisa uangnya bisa ia
gunakan untuk kebutuhan lainnya.
Pulang kerumah menenteng keresek kecil berisi permen satu pack, pita merah putih
dan tangan satunya lagi menenteng topi caping. Namun siapa sangka Ayah dan
ibunya tadi malah meledeknya seakan-akan tidak memikirkan perasaan anaknya.
“Huuuu Risa Risa kamu ngapain nenteng topi caping kamu mau nanam padi di sawah
ya besok pagi atau mau kerja bakti agar ga kepanasan ? Apa itu di kresek hitam bawa
apa kamu ?”
“Oh ini permen sama pita merah putih buat perlengkapan MOS besok Bu.”
Tiba-tiba adek Risa merengek meminta permen Risa dan Risa membagi permen
sebagian pada adeknya.
“Bu ayah kemana kok ga kelihatan dari tadi ?”
Kamu naenyaa ya kamu bertanya-tanya? Gatau ibu juga ga lihat dari tadi.
Risa masuk ke kamar dan membuat kalung dari permen buat besok.
Pancaran senyum mentari yang masih malu-malu menampakkan diri menyambut
bangun pagi Risa. Ia langsung bergegas untuk pergi ke sekolah agar tidak terlambat
seperti kemarin. Risa pamit sama ibunya dan mencium punggung tangan ibunya lalu
berangkat sekolah. Risa ga pamit sama ayahnya karena dari kemarin ngga pulang
mungkin ayahnya masih melakukan hal-hal terlarang.
Masih setengah perjalanan menuju ke sekolah sambil ia memakai topi caping dan
kalungan permen serta pita merah putih yang ia ikat di lengan kanannya dari kejauhan
dia seperti melihat ayahnya boncengan dengan tantenya. Risa langsung menghampiri.
“YAHHH….(Teriak dari kejauhan)
“Tante Lala kenapa kok boncengan gini pagi-pagi sama ayah dan seharian ayah ga
pulang, memangnya suami Tante ga marah kalau Tante boncengan bareng gitu sama
Ayahku ?”
“Diam kamu bocah tengil ga tau apa-apa jangan ikut campur ya ini bukan urusan
kamu. Dandananmu gini amat kayak mau berangkat ke sawah. Kamu mau ke sekolah
apa mau ke sawah ?”
Risa langsung mengusap tetesan air mata yang membasahi pipinya.
“Memangnya harus Tante Lala kasih tau ke kamu ya kalau kemarin ayahmu ga pulang
itu karena nemanin Tante. Udah sana sekolah sana gausah ganggu urusan orang
dewasa.”
Risa lanjut kesekolah dengan banyak pikiran sekejap semangatnya menghilang. Aku
tau aslinya ibu itu wanita yang baik tapi mungkin kasih sayang ayah ke ibu kurang ada
perhatian dan ibu banting tulang menafkahi keluarga jadinya ibu agak keras khususnya
padaku.
Sampai disekolah Risa mengikuti kegiatan MOS dengan senang meski kadang masih
ada lah sedikit pelatihan mental tapi baginya sudah wajar penting tidak melewati batas.
Hari ini merupakan MOS terakhir dan di penutupan diakhiri dengan sesi foto bersama.
Terlintas di pikirannya pulang sekolah rencana mau membantu menyuci baju ayah
dan ibunya.
Pulang dari sekolah ibunya langsung menyuruh Risa
“Ris ibu minta tolong cucikan baju ibu dan ayah. Benar saja yang Risa pikirkan terjadi.”
Risa bergegas namun sebelum mencuci Risa merogoh kantong semua saku takutnya
nanti ada barang yang penting kecuci takut orang tuannya marah. Dan benar saja
ketika Risa mengecek saku celana jeans ayahnya Risa menemukan amplop kecil
berisi tulisan “Mas aku ham**l ini gimana ? Aku takut suamiku tau. Kamu beri aku
solusi lah jangan enaknya aja. Ini aku sertakan bukti kalau aku hamil. Dear Lala. Dan
didalam amplop Risa juga menemukan tespek bergaris dua namun ia tidak tau artinya.
Akhirnya Risa panggil ibunya
“Bu….ibuu…ibu… sini Bu.”
“Ada apa sih teriak memangnya ibu apa tuli ngomong aja teriak-teriak.”
“Ini Risa menemukan di kantong celana jeans ayah ibu baca sendiri, saya mau lanjut
nyuci pakaian.”
Sesekali Risa mengintip ibunya apakah baik-baik saja dan ternyata ibunya nangis
sesenggukan.
“Bu…ibu jangan sedih nanti aku juga ikut sedih.”
“Memangnya ibu salah apa sampe diperlakukan seperti itu (ucap Ibu) kesabaran ku
sudah cukup awas aja ntar kalau ayahmu pulang”.
Ayah pulang tidak lagi sendirian namun sambil membawa Tante Lala tanpa malu dan
merasa bersalah.
“Mas kamu itu dasar laki-laki yang ga tau rasa bersyukur ya dan kamu Tante harga
dirimu seringan kapas, ternyata kalian sudah melakukan hal zina. Ini lihat kutemukan
bukti nyata.”
“Mbak maafkan aku ya sudah menghianatin mbak” (sambil bersimpuh di kaki Ibu Risa)
Aku memang dari dulu sukanya sama suami mbak bukan sama adik mbak yang
sekarang jadi suami sah saya. Jadi saya rela melakukan apa saja buat mendapatkan
hati suami mbak.”
“Sudah cukup La kalau kamu mau suami saya kamu ambil aja sana lagian laki-laki
gatau diri seperti dia buat apa saya bela-belain didepan anak-anak. Tiap kali suami
saya marah yang saya marahi selalu Risa hingga rasah cinta kasih sayang kepada
anakku Risa seakan-akan gaada hanya buat belain laki-laki seperti ini. Sampe yang
kubenci justru anakku yang selama ini berbakti kepada saya.”
Risa menyaksikan kejadian itu didepan mata kepalanya sendiri. Ibu Risa berbalik
badan dan dan menghampiri Risa dan meminta maaf atas perlakuan tidak adil
kepadanya. Tak lama kemudian Ibu Risa mengusir dari suami dan Lala dari rumahnya.
“Kamu silahkan angkat kaki dari sini Mas dan ajak pergi si Lala terakhir kalinya kalian
menginjak langkah kaki disini. Biar ku urus anak-anakku sendiri tanpa bantuan darimu
Mas aku tidak butuh.”
“Baik kalau begitu saya akan pergi dari sini selamanya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun