Kata “Desa” identik dengan tempat yang asri dimana tradisi dan kearifan lokal yang masih melekat erat didalamnya. Di desa juga terkenal akan penduduknya yang ramah, sudah tidak asing lagi ketika berpapasan akan saling sapa dan tersenyum ramah. Selain penduduknya yang ramah, di pedesaan juga banyak tempat-tampat yang masih terjaga kealamiahan nya, tidak jarang para pecinta alam memilih bumi pedesaan untuk melepas penat dan healing sejenak. Dengan kondisi alam yang masih terjaga sudah dipastikan lokasi pedesaan jauh dari bumi perkotaan yang kaya akan polusi udara. Lokasi yang jauh dari perkotaan ini seringkali menjadi kendala bagi masyarakat setempat untuk mendapat akses dari luar, tersmasuk juga untuk perkara pekerjaan. Tidak jarang juga banyak pemuda pemudi desa pergi keluar kota untuk mencari pekerjaan.
Desa jatibatur merupakan Desa yang terletak Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Desa Jatibatur terdiri dari 4 dusun, yang masing-masing dusun terdapat kepala dusun atau juga disebut dengan “Bayan”. Penduduk Desa Jatibatur ini khususnya para pemuda lebih memilih merantau keluar kota untuk mencari pekerjaan demi melangsungkan kehidupan mereka dan keluarga. Seperti yang dikatan oleh Papalia, Old dan Feldman (2004) yang mengatakan bahwa status sosio-ekonomi dapat menjadi faktor yang kuat yang menentukan jalan hidup atau keinginan para remaja dalam menindaklanjuti kehidupan mereka kelak. Saat ini berkembang di masyarakat stigma bahwa dengan merantau ke kota besar akan membawa kehidupan yang lebih baik pua. Seperti yang di kemukakan oleh Sunarto (2004) bahwa terdapat faktor-faktor menarik orang untuk ber imigrasi ke daerah lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistem politik yang lebih menjamin kebebasan, selain itu juga sisitem perekonomian yang lebih berkembang yang memberikan peluang memiliki penghasilan yang tinggi dari pada di desa.
Seakan tidak ingin melupakan tempat kelahiran nya, para perantuan ini membentuk komunitas perantuan yang berasal dari Desa Jatibatur. Dengan adanya komunitas ini memudahkan para perantauan untuk berkumpul dan saling mengenal satu sama lain. Menurut pendapat beberapa warga desa Jatibatur, komunitas ini memiliki banyak anggota didalamnya, rata-rata para perantau ini bekerja sebagai pengusaha makanan atau bekerja di Perusahaan Perseroan Terbatas (PT) besar di ibu kota. Dengan memiliki penghasilan yang lebih dari cukup, para perantauan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan keluarganya semata, melainkan juga memberikan donasi untuk desa Jatibatur. Melalui komunitas yang telah dibentuk, para peramtau saling mengumpulkan dana guna di sumbangkan ke Desa. Sumbangan yang diberikan oleh perantauan ini dialokasikan ke dalam dana pembanguna desa. Dengan adanya bantuan dari anak perantuan ini, pembangunan di beberapa wilayah desa Jatibatur bisa terlaksana salah satunya pembangunan Masjid At-Tqwa di dusun 4. Selain itu dana ini juga dialokasikan untuk pembangunan pariwisata “Sendang Kun Gerit” yang terletak di Dusun 1. Dengan hal seperti itu lah bentuk darmabakti anak rantau untuk desa tercintanya.
Oleh : Supriyani
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Walisongo Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H