Oleh : Erina Milata El-Hasna
Moderasi beragama adalah salah satu cara terbaik untuk lebih bisa menyikapi perbedaan dalam kesatuan. seperti halnya di Indonesia, yang masyarakatnya multikultural, sikap toleransi harus ditekankan demi persatuan dan integritas kedaulatan Indonesia. Sebagai warga bangsa yang beragama, Â sepatutnya harus menghindari sesuatu yang bisa membuyarkan ketenrtaman dan kedamaian. Â
Moderasi beragama sendiri mampu menjadikan pribadi lebih bijak ditengah kehidupan yang mutlikultural hal ini disebabkan bahwa, di dalam Moderasi Beragama ada suatu nilai yang berasal dari kata "Moderation" yang artinya moderat dan tidak berlebihan .
Moderasi beragama Tengah menjadi salah satu program prioritas pemerintah Indonesia, Kementerian Agama telah menerbitkan buku moderasi beragama, namun di masyarakat muncul salah paham tentang konsep moderasi beragama.Â
Tdak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat berarti tidak Teguh pendiriannya dan tidak sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran agamanya. Banyak juga yang menganggap Konsep ini berarti memoderasi agama.Â
Padahal sebenarmya tidak, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia moderasi berasal dari bahasa latin moderat Joe yang berarti pengurangan kekerasan atau penghindaran ke eksperimen. Moderasi beragama dapat didefinisikan sebagai cara pandang sikap dan cukur agama yang memiliki prinsip adil dan berimbang guna membangun kemaslahatan umum.Â
Dengan moderasi beragama seseorang tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya dan tidak ekstrim baik ekstrim dalam meyakini secara mutlak kebenaran satu tafsir teks Agama Dan menganggap sesat penafsir lainnya maupun ekstrim dalam mendewakan akal hingga mengabaikan kesucian agama atau orang yang mempraktekannya disebut dengan moderat.
Moderasi juga dikenal dalam tradisi berbagai agama. Dalam tradisi Islam dikenal sebagai konsep "wasathiyah",  dalam tradisi Kristen dikenal sebagai konsep "goldenmine", dalam tradisi agama Buddha sebagai "majima patipada", dalam tradisi agama Hindu sebagai "madhyamika", dan dalam Konghucu sebagai konsep "Jongjong". Semua istilah dalam setiap agama itu mengacu pada satu titik makna yang sama yaitu, Bahwa memilih Jalan Tengah dia kedua kutub ekstrim dan tidak berlebih-lebihan merupakan sikap beragama yang paling ideal.
Lalu Samakah moderasi beragama dengan moderasi agama? Jawabannya tentu TIDAK SAMA, agama tidak perlu dimoderasi karena agama itu sendiri telah sempurna mengajarkan keadilan serta keseimbangan. Jadi bukan agama yang harus dimoderasi melainkan cara penganut agama dalam menjalankan agamanya itulah yang harus dimoderasi. Tidak ada agama yang mengajarkan ekstremitas tapi tidak sedikit orang yang menjalankan ajaran agama berubah menjadi ekstrim.Â
Source of Youtube Puslitbang Kemenag ChannelÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H