Mohon tunggu...
Kknmitdr13 Kel17
Kknmitdr13 Kel17 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kknmitdr13

KKN MIT DR-13 UIN WALISONGO SEMARANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Guru Ngaji di Masa New Normal

3 Maret 2022   12:53 Diperbarui: 3 Maret 2022   12:55 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Pagerwojo merupakan salah satu desa di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Salah satu yang menjadi perhatian yaitu dusun mlaten, karena dalam bidang keagamaan  tidak seperti di dusun Tegal Gunung dan dusun Gedik yang sudah membentuk bangunan gedung TPQ untuk mengaji. 

Walaupun tempat belajar mengaji belum memadai. Tetapi, semangat dari anak-anak disana bisa diakui. Karena biasanya anak-anak masih suka menonton televise pada waktu maghrib, sehingga kebiasaan mengaji setelah shalat maghrib iyu seringkali dikalahkan oleh televisi. Oleh karena itu, mengaji maghrib dimaksudkan untuk menghidupkan kebiasaan mengaji Al-Quran sesudah shalat maghrib.

Mengaji merupakan salah satu aktivitas ibadah yang sangat lekat dengan masyarakat muslim di Indonesia Sejak mula berkembangnya islam. Sejumlah rumah ibadah seperti surau, Mushalla, langgar, mesjid dan lain-lain Senantiasa diramaikan dengan kegiatan mengaji, khususnya di waktu sore usai shalat asar maupun ba'da maghrib. Bagi Kaum muslim di Indonesia mengaji tak Ubahnya menjadi lembaga pendidikan Keagamaan non formal bagi semua anak Didik.

Dalam pembelajaran mengaji di dusun Mlaten, yang menjadi prioritas yaitu cara membaca Al-Quran berdasarkan kaidah-kaidah yang benar. Seperti mempelajari Ilmu Tajdwid, Makhorijul khuruf yang tepat, memahami isi isi kandungan dalam Al-Qur'an. Dalam program ini mengajak anak-anak disana bisa mengamalkan isi kandungan Al-Quran.

Banyak manfaat dalam mengaji maghrib yaitu terjadinya komunikasi antara anak dan orang tua, sehingga dapat berbagi ilmu agama, seperti akhlak dan budi pekerti. Dan juga, dapat menghindari diri dari kegiatan-kegiatan seperti penyimpangan perilaku, penggunaan obat-obat terlarang, kenakalan remaja dan pengaruh lingkungan lainnya.

Seperti kebanyakan guru ngaji, para santri memiliki tradisi khusus. Misalnya, sebelum mengaji memlantukan Asmaul husna. Setelah itu, membaca Al-Quran dengan tartil kemudian dibetukan secara makhorijul khuruf dan tadwid. ketika sudah naik dari Juz Amma ke Al-Quran dan Khatam Al-Quran, biasanya mereka melakukan acara syukuran dengan menyembelih ayam dan membuat tumpengan. Hidangan itu disiapkan untuk dimakan bersama-sama.  

Dalam situaisi ini, kehadiran seorang guru ngaji perlu menjadi pertimbangan prioritas. Seorang guru yang notabene mengajar tanpa pamrih, tidak ada iuran wajib tiap bulan. Bahkan tanpa disadari, itu bisa menjadi pelengkap dalam pendidikan keagamaan disekolah formal, sehingga tak dimungkiri jika guru ngaji sangat membantu. 

Guru ngaji tak sekadar mengajar keislaman keislaman seperti huruf hijaiyah hingga Al-Quran, melainkan juga sebagai contoh teladan di kampung. Guru ngaji turut menjaga dan sangat ampuh untuk dijadikan sumber belajar bagi anak-anak terutama mata pelajaran pendidikan agama dimasa new normal. Kebanyakan diantara mereka justru disibukkan dengan gadget. Efek malas mengaji itu, tak sedikit pula yang tak bisa membaca Al-Quran apalagi menjalankan Shalat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun