Mohon tunggu...
Kknmit18sigayam
Kknmit18sigayam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kuliah Kerja Nyata Mandiri Inisiatif Terprogram (KKN MIT) Moderasi Beragama Angkatan Ke 18 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2024. Dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Bapak Ali Maskur, M.H. Tim KKN beranggotakan lima belas orang, yaitu : Muhammad Gebreel Ardhan, Aulia Nisa Fadhilah, Assyfa Dwi Utami, Bunga Nabila Rahmawan, Annisa Najdatul Muna, Devi Roudlotul Jannah, Afi Rahadatul Aisyi, Dana Jayyidu Ahmad, Muhammad Yudhistira, Mega Enjellina Mustika, Albasita Nur Karima, Muhammad Bagus Saeful Hadi, Muhammad Mikyal Kautsar, Zahro Nur Majidah, Alaika Aghitsny

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN MIT MB UIN Walisongo Semarang Lakukan Survei UMKM di Dusun Losari, Desa Sigayam

18 Juli 2024   18:50 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:54 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batang, 18 Juli 2024. Sejumlah mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) MIT (Mandiri Inisiatif Terprogram) posko 98 UIN Walisongo Semarang melakukan survei terhadap UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Dusun Losari, Desa Sigayam, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang. Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh pelaku UMKM di wilayah tersebut.

UMKM yang disurvei kali ini adalah usaha Ibu Puji Astuti (Tuti) yang memproduksi keripik tempe, keripik pisang, dan rempeyek. Usaha Ibu Tuti telah berjalan selama kurang lebih tujuh tahun. Usaha ini dimulai dengan memproduksi keripik pisang yang ditawarkan ke warung-warung sekitar. Seiring waktu, produk yang ditawarkan bertambah dengan keripik tempe dan rempeyek, yang kemudian dipasarkan secara online melalui status WhatsApp.

Meskipun telah berjalan selama bertahun-tahun, usaha ini masih menghadapi beberapa kendala. Salah satu masalah yang dihadapi adalah apabila ingin mengirim pesanan ke luar kota, pelaku usaha masih bingung bagaimana agar pesanan tidak remuk saat pengiriman. Sejauh ini, pengiriman terjauh yang pernah dilakukan adalah ke daerah Wonotunggal.

Pemilik usaha berbagi cerita tentang suka dan duka dalam menjalankan bisnis ini. Mereka sering mengalami kegagalan produksi ketika adonan tidak sesuai, atau bahan-bahan seperti minyak dan tepung yang tidak berkualitas. Namun, saat pandemi COVID-19, usaha ini justru mengalami peningkatan pesanan karena banyak orang yang memilih memesan makanan dari rumah. Menariknya, tidak ada biaya pengantaran untuk pesanan dalam jumlah tertentu.

Untuk pengantaran jarak jauh, minimal pembelian adalah Rp 50.000, sedangkan untuk pengantaran di sekitar dusun, jumlah pesanan tidak dibatasi. Keripik pisang sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu Pisang Kepok yang dihargai Rp 50.000 atau Rp 55.000 per kilogram, dan Pisang Raja Nangka yang dihargai Rp 35.000 per kilogram. Selain itu, tersedia juga kemasan seharga Rp 10.000. Ukuran produk bervariasi dari seperempat kilogram, setengah kilogram, hingga satu kilogram. Untuk harga terkecil yaitu kemasan seharga Rp 6.000.

Pemasukan harian dari usaha ini bervariasi, dengan paling sedikit mencapai 7 kilogram, standar sekitar 10 kilogram, dan terkadang bisa lebih banyak atau tidak menentu, namun produksi dan penjualan selalu habis setiap hari. Terkadang, ada permintaan khusus dari pembeli untuk rempeyek kacang hijau atau kacang tanah.

Dalam proses produksinya, keripik pisang menggunakan kayu bakar, yang berbeda dengan produksi keripik tempe dan rempeyek yang memerlukan minyak dan wajan yang berbeda serta menggunakan kompor. Hal ini menunjukkan betapa fleksibelnya usaha ini dalam menyesuaikan produksi sesuai dengan permintaan pelanggan.

Dengan survei ini, mahasiswa KKN MIT UIN Walisongo posko 98 berharap dapat memberikan masukan dan solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh UMKM di Dusun Losari maupun seluruh dusun di Desa Sigayam, serta membantu mereka untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian lokal terutama melalui digitalisasi ekonomi.

Dokumentasi Tim KKN
Dokumentasi Tim KKN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun