KENDAL-Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Posko 108 yang bertempat di Desa Sarirejo bekerja sama dengan Puskesmas Kaliwungu untuk memberikan penyuluhan mengenai pencegahan program stunting yang diisi oleh salah satu perwakilan ahli gizi dari pihak puskesmas Kaliwungu Kendal yaitu Bu Sukma Cahyaning Utami, S.Gz. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Tppkk sekaligus Ibu Lurah Desa Sarirejo, Sekertaris Desa Sarirejo, Ketua Posyandu, Ketua PKK Desa Sarirejo, serta perwakilan warga dari dusun RW 09, RW 10, dan RW 11. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja KKN MIT-18 Posko 108 yang diselenggarakan di Aula Dusun RW 11 yang mana notabene-nya memiliki tingkat anak balita yang banyak. Penyuluhan stunting ini penting untuk digalakkan karena tingkat stunting itu harus dicegah dari bayi itu sebelum lahir atau 1000 hari kehidupan kandungan sampai bayi lahir hingga usia 2 tahun.
Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya (seusia). Seringkali stunting dan gizi buruk dianggap suatu hal yang sama padahal keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tinggi badan dan berat badan. Tinggi badan menurut berat badan merupakan stunting. Sedangkan, berat badan menurut tinggi badan adalah gizi buruk. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting diantaranya praktik pengasuhan yang tidak baik, kurangnya air sanitasi yang bersih, layanan kesehatan yang terbatas dan kurangnya akses makanan bergizi. Makanan bergizi yang baik sering disebut 4 sehat 5 sempurna, akan tetapi peribahasa tersebut sudah dihapuskan dan diganti dengan istilah gizi sempurna. "Karena minuman susu yang dijadikan pelengkap dalam 4 sehat 5 sempurna mengandung protein hewani sehingga terkadang banyak anak yang alergi terhadap susu", ujar Bu Sukma selaku pemateri dalam acara tersebut.
Golongan yang rentan terkena stunting adalah balita, ibu hamil, dan lansia. Berdasarkan ilmu kesehatan pra nikah, dari ibu hamil sampai anak lahir pada usia golden age pertumbuhan tinggi badan anak harus senantiasa diperhatikan. Ibu hamil rentan berisiko terserang anemia. Jika ibu hamil terkena anemia yang disalahkan nantinya adalah pemerintah desanya. Oleh karena itu, penting untuk setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan sebab ditakutkan adanya reklamasi serta harus cukup lapor ke balai desa untuk pelayanan pindah domisili lama ke domisili yang baru untuk mempermudah pendataan vitamin A dari APBD daerah masing-masing. "Kami mengharapkan apabila mempunyai anak balita wajib melaporkan ke RT dan RW serta ke bidan desa", ujar Bu Dwi selaku Ketua Posyandu Desa Sarirejo.
Sebagai langkah awal dalam mencegah stunting, remaja perempuan yang nantinya akan melahirkan generasi penerus bangsa, kita harus meminum tablet tambah darah 1 minggu sekali supaya HB darah tidak kurang dari 11 guna mencegah anemia. Dari tahun 2019, anemia dianggap dapat mengakibatkan kurangnya gizi secara kronis sehingga berpotensi melahirkan anak stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H