Mohon tunggu...
KKN MIT 16 Posko 8 Patemon
KKN MIT 16 Posko 8 Patemon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kelompok KKN MIT-16 UIN Walisongo Posko 8 Patemon

Berita mengenai kegiatan KKN MIT 16 Posko 6 Patemon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mensukseskan Urban Farming, Mahasiswa KKN MIT-16 Walisongo Menanam Sayuran Hidroponik

17 Agustus 2023   16:47 Diperbarui: 17 Agustus 2023   16:51 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Program Urban Farming membawa dampak positif di berbagai bidang. Urban Farming merupakan praktik menanam tanaman dan memelihara hewan di lingkungan perkotaan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil panen yang segar, memanfaatkan lahan yang tersedia di kota, dan mendukung keberlanjutan lingkungan melalui upaya menjaga ketahanan pangan. Guna mensukseskan program Urban Farming yang digelorakan oleh Pemerintah Kota Semarang, Kelurahan Patemon yang dipimpin oleh Bp. Khosim mengajak warga sekitar untuk mengelola lahan atau tanah pekarangan di sekitar rumah. Beberapa jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di lingkungan perkotaan antara lain sayuran hijau seperti bayam, kangkung, sawi hijau, dan selada, serta tanaman buah-buahan seperti stroberi dan tomat buah. Tidak hanya itu, beberapa tanaman toga juga dapat ditanam pada lahan terbatas, seperti lengkuas, sereh, kunyit, jahe, dan sebagainya.

Ada banyak cara untuk melakukan urban farming, mulai dari menanam tanaman di pot, hingga membangun kebun vertikal di dinding bangunan. Selain itu, urban faming juga dapat dilakukan dengan berbagai sistem, salahsatunya yang dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mandiri Intensif Terpadu Ke-16 (KKN MIT-16) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang bertempatan di Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Para mahasiswa KKN MIT-16 turut berpartisipasi dalam program Urban Farming dengan menanam tanaman sayuran dengan sistem hidroponik yang dilakukan pada Senin, 7 Agustus 2023.

Hidroponik adalah metode menanam tanaman tanpa tanah, dengan menggunakan air yang kaya nutrisi. Metode ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pertanian tradisional yang menggunakan tanah, termasuk kontrol yang lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman, hasil panen yang lebih tinggi, dan penggunaan air yang lebih sedikit. 

Menurut penuturan salahsatu mahasiswi KKN MIT-16, Lailatul Chikmah, selaku penanggungjawab penanaman hidroponik ini, setiap pagi tanaman hidroponik harus di cek suhu Ph air dan nutrisinya. Suhu air yang baik untuk pertumbuhan tanaman berkisar antara 250-300 celsius menggunakan Total Dissolve Solid Meter (TDS Meter) untuk mengetahui jumlah zat berupa senyawa organik maupun non organik yang terlarut di dalam air. Beberapa jenis tanaman yang ditanam oleh mahasiswa KKN MIT-16 pada sistem hidroponik ini, diantaranya Kangkung, Sawi hijau, dan Sawi Sendok.

Dalam sistem hidroponik, mulanya bibit tanaman ditempatkan di media tanam, seperti perlit atau rockwool, dan akarnya terpapar pada larutan yang kaya nutrisi menggunakan pupuk cair A dan B yang dicampur. Larutan tersebut secara hati-hati diseimbangkan untuk menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, tanpa membutuhkan tanah. Salah satu keuntungan utama hidroponik adalah memungkinkan kontrol yang tepat atas pertumbuhan tanaman. 

Dengan menyesuaikan larutan nutrisi dan faktor lingkungan lainnya seperti cahaya dan suhu, petani dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen yang maksimal. Keuntungan lain dari hidroponik adalah penggunaan air yang lebih sedikit daripada pertanian tradisional berbasis tanah. Hal ini karena larutan nutrisi dirangkai sedemikian rupa untuk dapat mengalir kembali dengan bantuan pompa air bertegangan rendah, sehingga air akan terus mengaliri tanaman melalui pipa yang telah disusun.

Hidroponik memiliki potensi untuk membantu mensukseskan program pertanian, memungkinkan produksi pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan, bahkan di daerah perkotaan yang memiliki lahan terbatas (Urban Farming). Namun, hidroponik bukannya tanpa tantangan. Hidroponik membutuhkan pemantauan dan pengelolaan yang cermat terhadap tingkat nutrisi, suhu air, dan faktor lingkungan lainnya. Selain itu, biaya yang dibutuhkan untuk menyiapkan dan merawatnya juga cukup mahal, terutama bagi petani skala kecil. Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, hidroponik menjadi sistem pertanian yang menjanjikan dengan banyak manfaat potensial. Seiring dengan pertumbuhan populasi dunia dan meningkatnya permintaan pangan, hidroponik dapat menjadi bagian yang semakin penting dari lanskap pertanian kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun