Bogor, 31 Juli 2023- Kelompok 18 melakukan penyuluhan pembuatan 2 (dua) produk inovasi yaitu enye dan rengginang kedalam bentuk yang berbeda dari bentuk yang pada umumnya dikenal masyarakat, serta menambah beberapa varian rasa. Kegiatan ini terbagi menjadi 4 (empat) hari pengerjaan, diantaranya yaitu dua hari pertama untuk kegiatan produksi tahap pertama, yaitu pembuatan adonan hingga proses penjemuran produk, sedangkan dua hari lainnya yaitu proses penggorengan hingga pengemasan produk hingga produk tersebut siap untuk dipasarkan (di jual)
Wildan Uyunina selaku ketua KKN menyampaikan bahwa inovasi ini dilakukan berdasarkan dari target pasar produk enye dan rengginang saat ini yang hanya digemari di kalangan dewasa hingga orang tua saja, hal itu dikarenakan makanan tersebut bersifat tradisional sehingga kurang digemari dan dapat dikatakan kurang cocok dengan selera generasi milenial saat ini.
“Melihat realita saat ini, makanan tradisional seperti enye dan rengginang sepertinya hanya digemari oleh orang tua saja sebagai camilan, padahal apabila kita mendengar kata “camilan” itu sendiri sangat identik dengan anak-anak dan juga remaja, sehingga apabila produk makanan tersebut dapat digemari oleh kalangan anak-anak hingga remaja, hal tersebut tentunya dapat menambah penjualan yang artinya mampu menambah keuntungan dari UMKM tersebut.
Melihat potensi tersebut maka kami mahasiswa KKN Universitas Djuanda kelompok 18, mencoba mengembangkan camilan enye dan rengginang yang dimiliki UMKM yang ada di Desa Sukagalih menjadi camilan ringan yang dapat digemari oleh target pasar yang baru (anak-anak hingga remaja),” tutur Wildan Uyunina.
Inovasi terhadap produk makanan tersebut mendapat apresiasi dari Kepala Desa Sukagalih, Bapak Alwansyah Sudarman. Ia menyampaikan rasa senangnya akan kreativitas yang telah dilakukan mahasiswa KKN Unida kepada masyarakat terutama UMKM yang ada di Desa Sukagalih, Bapak Alwansyah Sudarman pun berharap bahwa inovasi yang telah dikembangkan mampu memberikan dampak yang positif untuk kelangsungan dari UMKM itu sendiri serta mampu untuk menginspirasi masyarakat untuk terus melakukan inovasi-inovasi terhadap produk yang dimiliki sehingga menjadikan masyarakat di Desa Sukagalih menjadi pengusaha yang memiliki kreativitas yang tinggi.
“Terima kasih banyak sudah memberikan inovasi dari produk makanan tradisional. Ini adalah kegiatan yang bermanfaat dan kami sangat mendukung bilamana ada warga yang tertarik untuk menseriusi inovasi dar produk ini,” tambah Ade Mulyana selaku sekretaris Desa Sukagalih..
Sebagaimana yang diungkapkan Wildan Uyunina, inovasi pertama yang dilakukan terhadap produk makanan tradisional ini adalah bentuk yang disajikan, seperti yang sudah masyarakat kenal saat ini, bahwa bentuk enye dan rengginang pada umumnya berbentuk bulatan saja dan disajikan mentah maupun matang. Inovasi pertamanya yaitu untuk produk enye, dari bulatan seperti pada umumnya tersebut di potong menjadi 9 (sembilan) bagian. Sedangkan untuk produk rengginang, produk tersebut dicetak menggunakan tangan yang dilapisi sarung tangan, lalu dibenuk menjadi bulatan kecil.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah konsumen untuk menikmati produk tersebut, serta membuat produk dapat dikemas sedemikian rupa. Kemasan yang disajikan kepada konsumen ada 2 (dua) macam, yaitu kemasan pelastik kecil dan juga kantong (pouch) dengan harga yang beragam dimulai dari Rp. 1000,- hingga Rp. 3000,- .
Inovasi yang kedua yaitu dengan memberikan beberapa varian rasa terhadap produk-produk tersebut, untuk produk enye, varian yang disajikan ada 2 (dua) yaitu asin, dan juga pedas asin, sedangkan produk rengginang hanya 1 (satu) varian rasa yaitu rasa balado.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H