Desa Kalibeluk, Warungasem memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Menurut catatan sejarah, desa ini pertama kali terbentuk pada abad ke-15. Pada masa itu, daerah ini dihuni oleh masyarakat yang hidup secara berkelompok dan mengandalkan pertanian serta perikanan sebagai mata pencaharian utama.
Asal-usul nama "Kalibeluk" sendiri konon berasal dari kata "Kali" yang berarti sungai dan "Beluk" yang berarti berkelok-kelok. Hal ini merujuk pada kondisi geografis desa yang dikelilingi oleh sungai- sungai yang berkelok-kelok.
Pada awalnya, desa ini hanya terdiri dari beberapa rumah dan penduduk yang jumlahnya relatif sedikit. Namun seiring berjalannya waktu, Desa Kalibeluk terus berkembang dan menarik lebih banyak pendatang untuk menetap di sini. Hal ini disebabkan oleh kesuburan tanah dan kelimpahan sumber daya alam yang mendukung aktivitas pertanian dan perikanan.
Pada abad ke-18, Desa Kalibeluk semakin berkembang pesat setelah kedatangan seorang tokoh penting bernama Mbah Suro. Beliau dianggap sebagai pendiri desa dan pemimpin spiritual masyarakat setempat. Mbah Suro memperkenalkan berbagai tradisi dan ajaran spiritual yang hingga kini masih dilestarikan oleh warga Desa Kalibeluk.
Seiring dengan perkembangan zaman, Desa Kalibeluk terus mengalami perubahan dan kemajuan. Namun, masyarakat desa tetap menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi leluhur sebagai identitas lokal yang kuat. Hingga hari ini, Desa Kalibeluk dikenal sebagai salah satu desa dengan warisan budaya yang kaya dan menarik dikunjungi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H