Kelompok KKN Kolaboratif 45 melanjutkan kegiatan survei industri rumahan milik warga desa Pondokrejo sembari menunggu pemantapan aplikasi DTKS.Â
Pada 1 Agustus 2022, mahasiswa KKN Kolaboratif di desa Pondokrejo kembali mengunjungi salah satu usaha pengolahan tahu yang sudah bisa dikatakan sangat berkembang. Berlokasi di dusun Kombongan, Pondokrejo. Usaha milik Hj Abdul Salim atau warga sekitar biasa menyebutnya "Tahu Pak Arip" ini sudah berdiri sejak 1990 dan mampu bertahan hingga saat ini bahkan di tengah krisis yang disebabkan oleh pandemi .Â
Hingga saat ini usaha tersebut memproduksi dua macam olahan tahu yaitu tahu mentah dan tahu goreng.Â
Banyak hal yang kita dapat dari kunjungan tersebut, salah satunya prinsip Bapak Arip, dimana beliau tidak pernah pelit ilmu dan selalu berbagi ilmu pembuatan tahu yang ia miliki kepada banyak orang, tanpa takut tersaingi atau direbut konsumennya. beliau memiliki prinsip dimana menurut beliau "Pekerjaan bisa ditiru, tetapi untuk rezeki tidak bisa ditiru".Â
Kemudian beberapa hari setelahnya, kami mendapatkan pemberitahuan bahwasanya aplikasi DTKS telah siap untuk digunakan, akhirnya dicapai kesepakatan untuk melakukan verval pada tanggal 2 Agustus. Verval DTKS ini merupakan program kerja gabungan antara Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Jember dengan beberapa perguruan tinggi se-kabupaten Jember.Â
Verifikasi dan validasi DTKS di desa Pondokrejo dimulai dari dusun Glantangan dengan pembagian masing-masing RT dilakukan penyuntingan oleh dua mahasiswa KKN. Dua hari berikutnya dilakukan di dusun Kombongan, dengan pembagian berdasarkan RW tiap harinya. Dan hari berikutnya dilanjutkan ke dusun Pondokmiri.Â
Penyuntingan dilakukan dengan mengunjungi tiap-tiap rumah warga serta mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan pada aplikasi DTKS. Bantuan dari kepala dusun dan ketua RT setempat juga ikut mendukung lancarnya kegiatan verval DTKS di desa Pondokrejo.Â
Banyak warga menyambut antusias kunjungan mahasiswa KKN dalam melakukan verval DTKS, namun tidak sedikit pula rumah warga yang tidak dapat dikunjungi karena terhambat jam kerja.
Terdapat hambatan yang terjadi namun masih dapat teratasi seperti, mayoritas warga desa Pondokrejo berbahasa madura dan beberapa yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sehingga menyebabkan sedikit terkendalanya komunikasi antara mahasiswa KKN yang tidak bisa berbahasa madura dengan warga setempat.Â