Jember - Rabu, 27 Juli 2022, Desa Pondokrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember.
KKN kolaboratif merupakan sebuah program kerjasama antar 13 Perguruan Tinggi se-Kabupaten Jember bersama Pemerintah Kabupaten Jember. Terhitung lebih dari 2000 mahasiswa diterjunkan langsung ke seluruh desa yang ada di Kabupaten Jember, dengan tugas utama melakukan verifikasi data terkait kesejahteraan social. Salah satu lokasi penerjunan terletak di Desa Pondokrejo Kecamatan Tempurejo, yang terdiri dari 5 mahasiswa Universitas Jember, 2 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember, 2 Mahasiwa STIKES Dr.Soebandi, dan 1 mahasiswa Universitas Islam Jember.
Pondokrejo memiliki beberapa industri rumahan yang berpotensi besar dalam memajukan perekomian warga salah satunya yaitu usaha pembuatan gula merah. Banyaknya warga desa Pondokrejo yang memiliki usaha pembuatan gula merah memberikan inisiatif pada mahasiswa KKN kelompok 45 yang bertempat di Pondokrejo untuk melakukan observasi terkait kegiatan industry rumahan tersebut.
Observasi di lakukan mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.35 WIB pada usaha gula merah milik pak Taufik. Usaha ini sudah ada sejak tahun 2002 dan masih berjalan hingga saat ini dengan tingkat penjualan tetap. Dikatakan tetap karena, pemasaran produk hanya di pasarkan melalui pengepul yang sudah berlangganan sejak 5 tahun setelah usaha berdiri.
Â
Gula merah merupakan gula yang berasal dari cairan air nira dengan proses pengelolaan yang berlangsung cukup lama sekitar 4-5 jam perebusan air nira hingga mengental dan berubah warna menjadi merah. Setelah nira cukup mengental, maka selanjutnya dapat dilanjutkan proses pencetakan yang pada industry ini menggunakan bamboo.
Gula merah mengandung zat makro dan mikronutrien lebih banyak daripada gula putih. Gula merah mengandung Mikronutrien seperti: Garam mineral, Thiamine (vitamin B1), Riboflavin (vitamin B2), Nicotinic Acid (vitamin B3), Pyridoksin (vitamin B6), Cyanocobalamin (vitamin B12), Ascorbic Acid (Vitamin C).
Pak Taufik selaku pemilik industry gula merah mengatakan, untuk tiap harinya bisa memproduksi 55 liter air nira yang dapat menghasilkan 5--6 kg gula merah, dengan patokan harga sebesar Rp. 15.000,00./kilogramnya. Namun sangat disayangkan pemasaran produknya masih sangat minim, pak Taufiq hanya menjualnya melalui pengepul sehingga hanya di ambil dengan harga yang murah. Padahal jika produsen melek akan kemajuan teknologi, jangkaun dalam pemasarannya bias lebih luas dan akan menambah income produsen.
Digitalisasi terhadap usaha rumahan akan sangat membantu dalam pengembangan usaha, tidak hanya untuk marketing tetapi juga dalam inovasi produk dan packaging. Untuk itu, mahasiswa KKN Kolaboratif di desa Pondokrejo berusaha menggali potensi industry rumahan melalui digitalisasi produk gula merah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H