JEMBER -- Budaya masih sangat melekat pada masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Salah satu budaya yang tidak asing dalam kehidupan masyarakat Jawa adalah selametan. Hampir semua masyarakat, dari pedesaan hingga perkotaan akan melakukan selametan dalam berbagai hal. Selametan adalah kearifan lokal yang masih melekat walaupun telah terjadi pergeseran peradaban, dari masa peradaban Hindu-Budha hingga masuknya Islam di Jawa, selametan masih kental dalam tradisi Jawa. Selametan merupakan hasil perpaduan antara budaya animisme, Hindu, Budha dan Islam sehingga didalamnya terdapat unsur budaya, mitos, dan religius.
Salah satu desa yang melestarikan budaya ini adalah Desa Sukosari. Berbagai macam kegiatan diselenggarakan dalam rangka Selametan Desa pada tanggal 21 hingga 23 Juli 2022 di Desa Sukosari, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember. Dengan tajuk "Sukosari Bersemi", Kepala Desa Sukosari menghimpun seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam memeriahkan rangkaian acara tersebut. Adapun acara dimulai pada Kamis malam Jumat dengan acara pengajian untuk warga desa, dilanjut Jumat siang dengan penampilan Drumband Maong Remas dan Jumat malam Sabtu dengan acara Majelis Sholawat Al-Wihsol, kemudian hari Sabtu pagi diadakan "Gebrak Merpati" dan puncaknya yakni "Iring-iringan Larung Sesajen dan Kirab Tumpeng Bersama Can-Macanan Sanggar Budaya".
Pada hari penerjunan mahasiswa KKN Kolaboratif bertepatan dengan acara selametan desa sehingga mahasiswa langsung ambil bagian dalam membantu acara tersebut. Mahasiswa diinstruksikan secara khusus untuk membantu pendokumentasian selama acara berlangsung hingga selesai. Kegiatan selametan desa ini rutin diadakan setiap tahun sebagai puncak dari perayaan Idul Adha. Kegiatan tersebut dipusatkan di balai desa Sukosari. Tujuan dari acara tersebut sebagai wujud rasa syukur warga desa atas hasil bumi yang telah diperoleh. Hasil bumi yang diperoleh, disusun dalam bentuk tumpeng semenarik mungkin sesuai kreativitas dan inovasi warga. Pada acara ini, Desa Sukosari mendatangkan penilai (juri) dari perangkat Kecamatan Sukowono yang memiliki kemampuan dalam bidang tersebut.
Pukul 12.30 tampak para warga sudah mulai memadati area balai desa. Satu per satu iring-iringan tumpeng diletakkan di balai desa sesuai nomor urut. Ada 17 peserta lomba tumpeng yang diambil dari setiap RW. Pembukaan acara diawali dengan Kepala Desa secara simbolis melepas burung merpati. Iring-iringan pun dilaksanakan dari balai desa menuju Masjid Al-Ikhlas. Iring-iringan tersebut tidak hanya tumpeng namun juga fashion show, tari-tarian yang diiringi gamelan, dan jaranan. Setelah tiba, kepala desa dan sesepuh Desa Sukosari mulai melakukan doa bersama dan diakhiri dengan pelepasan ayam ingkung sebagai simbolis larung sesaji di sungai dekat masjid tersebut, kemudian iring-iringan kembali ke balai desa.
Sekitar pukul 13.30 Kepala Desa beserta perangkat desa mulai memasuki balai desa yang sudah dikerumuni oleh warga. Setelah itu, Kepala Desa memberikan sambutan dengan menyampaikan bahwasannya Selametan Desa merupakan momen untuk menjaga silaturahmi warga desa. Harapannya, warga Desa Sukosari semakin kompak dan guyub rukun untuk membangun Desa Sukosari yang lebih baik. Selanjutnya, penilai mengumumkan siapa pemenang dari lomba kreasi tumpeng dan dilanjut dengan semarak warga berebut mengambil hasil bumi yang dibagikan dari tumpeng yang telah dilombakan. Acara ditutup dengan pertunjukan can-macanan. Dengan berbagai macam acara yang telah dilaksanakan diharapkan mampu membangkitkan solidaritas antar warga Desa Sukosari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H