Seni kerajinan tangan selalu mengandung pesona tersendiri. Keunikan dan keindahan dari setiap karya seni menjadi daya tarik yang tak terbantahkan. Salah satu produk seni kerajinan yang telah menjadi sorotan di dunia usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah makrame. Inilah kisah inspiratif tentang UMKM Roseli Makrame yang berbasis di Lampeji, Mumbulsari, Jember.
Di balik keunikan dan pesona Makrame ini, ada seorang seniman kreatif yang menciptakan karya-karya indah tersebut, yaitu ibu Mely . Ibu Mely adalah sosok yang berbakat dalam seni makrame dan telah menggeluti bisnis ini sejak tahun 2010 di Bali. Setelah enam tahun berkecimpung, ia memutuskan untuk menetap di Lampeji, Jember.
Makrame adalah produk seni kerajinan tangan yang menarik banyak minat, terutama di Bali dan Jepara. Kedua lokasi ini memiliki keunggulan tersendiri dalam pemasaran Makrame karena keberadaan para supplier yang mendukung keberlangsungan bisnis ini.
Supplier di Bali dan Jepara memainkan peran penting dalam menyediakan bahan baku dan mempermudah distribusi produk. Keberadaan mereka memungkinkan UMKM Makrame untuk fokus pada pengerjaan produk, sementara aspek logistik dan pemasaran dapat diandalkan kepada para supplier.
Terkait aspek pemasaran, Makrame telah memiliki beberapa media yang dapat digunakan untuk memperluas jangkauan pasar. Sayangnya, hingga saat ini media tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Diperlukan upaya lebih lanjut dalam menggali potensi dari media pemasaran yang ada, seperti jejaring sosial dan platform penjualan online, guna memperluas pasar dan meningkatkan visibilitas Makrame.
Salah satu strategi penjualan Makrame adalah dengan mengirimkan produk tanpa tag merk langsung ke supplier. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam distribusi. Selain itu, Makrame juga menggunakan sistem pre order, sehingga setiap produk dibuat berdasarkan permintaan dari pelanggan. Pendekatan ini membantu mengurangi risiko stok yang tidak terjual.
Sebelum pandemi COVID-19, UMKM Makrame mampu melibatkan hampir 100 orang dalam proses pengerjaan produk. Namun, situasi berubah drastis selama pandemi. Saat ini, hanya sekitar 30 orang yang dapat terlibat dalam pengerjaan, dan mereka harus mengerjakan produk dari rumah masing-masing.
Universitas Jember – Working in Harmony, Nurturing the Future Â