Mohon tunggu...
KKN Kelompok 43
KKN Kelompok 43 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi "Suroan" Masyarakat Desa Pehwetan Bersama KKN 43 IAIN Kediri

6 Agustus 2023   23:07 Diperbarui: 6 Agustus 2023   23:10 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber : KKN Kelompok 43 IAIN Kediri/Suroan

Kediri, 19 Juli 2023 -- Dusun Karangdowo merupakan salah satu pemukiman warga yang ada di Desa Pehwetan. Dusun ini yang memiliki banyak kegiatan, terutama pada awal bulan pertama Tahun Baru Jawa yang terkenal dengan nama "Suro" yang bertepatan dengan 1 Muharram 1445 H. Suroan merupakan ritual bernuansa religi yang terus dipraktekkan Masyarakat Jawa hingga saat ini. Dalam kalender Masehi, 1 Suro 2023 jatuh pada Rabu (19/7/2023). Pelaksanaan malam 1 Suro jatuh pada hari sebelum tanggal 1 Suro yakni hari Selasa setelah maghrib. Tradisi ini sudah lama dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pehwetan yang bertempat di Punden (Mbah Proyo/Mbah Dowo) Dusun Karangdowo. Menurut sejarah Desa Pehwetan, desa ini terbentuk oleh sekelompok pengembara yang bertempat di Desa Peh, yang mana Mbah Dowo (Mbah Proyo) berasal dari Kerajaan Mataram sebagai pemimpin yang merupakan salah satu dari pengembara tersebut yang membuka lahan Desa Pehwetan.   

Pandangan masyarakat sekitar mengenai suroan ini sering dianggap sebagai bentuk rasa syukur bagi leluhur dengan diadakannya doa bersama yang bertepatan di Tahun Baru Islam. Selain untuk berkirim doa, tradisi suroan ini juga sebagai bentuk sosialisasi antar warga dan silaturahmi dengan banyak orang serta makan bersama sehingga rasa kekeluargaan antar masyarakat tetap terjalin dan tetap harmonis.

 Sumber : KKN Kelompok 43 IAIN Kediri/Suroan
 Sumber : KKN Kelompok 43 IAIN Kediri/Suroan

Proses pelaksanaan tradisi Suroan ini dilakukan melalui beberapa tahapan atau tata cara yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Kegiatan persiapan diawali pada jam 15.00 dengan membawa makanan yang biasa disebut "ambengan". Ambengan ini juga memiliki ciri khas dan jenis yang unik seperti lengkong, marang, dan tumpeng yang kemudian di bawa ke area pelataran punden untuk didoakan bersama-sama. Doa bersama ini dipimpin langsung oleh warga sekitar punden diikuti oleh (KKN 43) IAIN Kediri serta warga desa Pehwetan dengan diiringi lantunan syair-syair jawa serta shalawat.

Pelaksanaan Suroan berlangsung hingga jam 17.00 diakhiri dengan pembagian kembali ambengan kepada warga sekitar secara merata. Banyak warga yang antusias untuk mendapatkan ambengan yang disediakan didalam punden, Adapun sebagaian warga yang berebut namun tetap kondisional. Rangkaian acara selanjutnya adalah makan bersama dalam satu wadah yakni pada selembar daun pisang yang juga diikuti oleh mahasiswa KKN 43 bersama warga sekitar.

Tidak semata-mata kegiatan budaya, acara suroan ini memberikan banyak pesan. Selain bermakna sebagai peninggalan leluhur dan sejarah, kegiatan ini juga membawa pesan agar warga maupun mahasiswa KKN 43 IAIN Kediri membuat perubahan kearah yang lebih baik, mempererat tali persaudaraan, dan memperoleh keselamatan. Tradisi Suroan ini perlu dilestarikan karena mengandung dimensi sosial, ekonomi yang bercorak spiritualitas serta bermuatan tradisi lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun