Pada tanggal 2 Desember 2014 pukul 09.00 WIB mahasiswa UINSU dari prodi Bimbingan Penyuluhan Islam melakukan mini riset terkait bagaimana Konseling Lintas Bidaya terhadap Agama Katolik di Gereja Katedral Katolik Medan. Gereja ini berlokasi di Jl. Pemuda No. 1, AUR, Kec. Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Mini riset ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai adat istiadat, arsitektur, dan budaya, kegiatan yang terdapat di Gereja Katedral Katolik Medan ini.Â
Gereja Katedral Medan menunjukkan bagaimana keberagaman suku dan budaya jemaat memperkuat keterbukaan dan toleransi. Dengan mengintegrasikan elemen budaya lokal dalam ibadah dan kegiatan, serta mengadakan dialog dan program sosial, gereja ini mempromosikan penghormatan dan kerjasama lintas budaya. Ini memperkaya kehidupan spiritual jemaat dan memperkuat kohesi sosial di masyarakat Medan yang multikultural, membuktikan bahwa iman Katolik dapat menyatukan berbagai latar belakang budaya dalam harmoni.
Gereja katedral medan juga menjadi salah satu tempat wisata bagi pendatang. selain berfungsi sebagai tempat ibadah, gereja ini menarik perhatian wisatawan karena arsitekturnya yang megah dan nilai sejarahnya. gereja ini menjadi tujuan wisatawan religi bagi umat katolik yang berkunjung kemedan.Â
Di Gereja Katedral Medan, keberagaman jemaat yang berasal dari berbagai suku dan budaya seperti Batak, Melayu, Tionghoa, dan India menciptakan dinamika sosial yang kompleks. Melalui miniriset ini, kita dapat mengamati bagaimana interaksi antarbudayae Terjadi dalam konteks keagamaan dan sosial di gereja. Misalnya, dalam kegiatan ibadah, perayaan hari besar, dan program komunitas, pengaruh budaya lokal dapat terlihat jelas dan menjadi bagian integral dari kehidupan gereja.
Saat kami melakukan miniriset, kami mewawancarai salah satu pastor Gereja Katedral Katolik Medan yaitu Pastor Jameslim Damanik. Pastor Jameslim Damanik mengatakan bahwa Gereja Katedral Katolik Medan bukan hanya sekedar bagunan saja, tetapi himpunan persekutuan umat. Gereja katedral Katolik Medan sangat mendukung pendidikan dan ekonomi jemaat karena dalam sosial ekonomi seperti bencana, untuk yang tidak mampu memberikan pendidikan, atau untuk kesehatan perawatan itu ada dan dananya itu dari kalau di Kristen itu ada namanya pascap (puasa 40 hari) kalau dikatolik artinya bukan tidak makan tapi mengurangi yang semesinya dimakan dan disisipkan lah sisa uangnya itu untuk dikumpulkan. Mereka mempunyai persatuan untuk membantu jemaat yang saling membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H