Kendal 11 juli 2024 malam jum'at kliwon tepatnya di desa johorejo setiap malam satu suro para Masyarakat mengadakan tradisi tahunan yang dilakukan oleh para Masyarakat jawa untuk menyambut bulan suro. Sehabis sholat maghrib desa johorejo per RT menyiapkan berbagai makanan dan minuman untuk siap dihidangkan bersama-sama.Â
Para mahasiswa KKN ikutserta dalam perayaan ini dengan tujuan lebih akrab kepada para Masyarakat dan saling silaturahmi. Banyak mitos dalam kepercayaan Masyarakat bahwasanya malam satu suro adalah malam "seng akeh bala ne" arti dalam maksud bala adalah banyak musibah yang menimpa seorang tersebut dalam malam itu padahal jika kita kupas lebih dalam lagi makna tersebut ialah hanyalah menakuti para masyarakat karena malam satu suro dianjurkan untuk mengerjakan hal-hal yang baik dalam segi ibadah, perilaku dan saling menghormati.Â
Akan tetapi Sebagian orang yang percaya pantangan untuk tidak keluar rumah karena banyak sejumlah makhluk gaib banyak yang berkeliaran untuk mengganggu manusia maka dari itu malam satu suro bisa dianggap angker. dan pastinya terjadi kalau malam suro jika kita aneh aneh maka akan kena musibah. Seperti yang paling sering terjadi kecelakaan.
Oleh sebab itu untuk menghindari sebuah musibah yang tidak diinginkan. Desa johorejo melakukan doa bersama-sama dengan Masyarakat agar selalu dilindungi oleh Allah SWT. Dengan ini mereka percaya bisa terhindar dari bala' yang menimpanya. Para Masyarakat ketika doa bersama sangat Khidmah sekali dalam menyambut malam satu suro
Setiap per gang dan per RT/Rw didesa joorejo menggelarkan langsung makanan yang sudah disiapkan dengan memakai daun pisang yang disusun rapih ditengah jalan para warga setempat sebagian ada yang menaruh nasi lauk pauk dan sayur untuk dimakan bersama sama. setiap rumah pastinya membawa makanan lauk/pauk sehingga tidak dikhawatirkan akan kekurangan makanan. karena mereka dari awal sudah menyepakati
Salah satu Ibu warga desa setempat mengatakan "Mbak diddahar mawon nggeh sak anane, ancen acara suronan iki mangan e kudu akeh men subur-subur" Â "Mbak mas ojo isin-isin monggo disambi anggep wae iki keluarga kabehane" Ujarnya
Ada makna Sejarah tersendiri dibalik tradisi malam satu suro berasal dari akulturasi antara penanggalan Jawa dengan penanggalan Hijriah (Islam). Sultan Agung, raja Mataram, berhasil memadukan penanggalan Jawa dengan penanggalan Islam, sehingga malam satu Suro bertepatan dengan 1 Muharram dalam penanggalan Hijriyah.
Hingga saat ini tradisi malam satu suro masih dilestarikan sampai sekarang dengan berbagai riual dan tradisi yang pastinya berbeda-beda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H