Mohon tunggu...
Kknjemah
Kknjemah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa kkn Unpad

Kami merupakan mahasiswa unpad yang sedang melaksanakan kkn dengan topik "Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Kearifan Lokal Dalam Mendukung Komunikasi Wisata."

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Keripik Bongkot Pisang: Sang Masterpiece dari Desa Jemah yang Tersembunyi

26 Juli 2024   15:03 Diperbarui: 26 Juli 2024   15:11 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses penjemuran pertama keripik bongkot pisang. (Sumber: Dokumen Pribadi) 

Di tengah maraknya perkembangan bisnis camilan modern, siapa sangka sebuah desa kecil di Jawa Barat menyimpan mahakarya kuliner yang tak kalah istimewa. Berasal dari batang tanaman pisang yang berupa umbi batang (bonggol) atau bongkot oleh masyarakat setempat menyebutnya dapat menghasilkan camilan berupa Keripik Bongkot Pisang, yang berpotensi menjadi primadona di kalangan pecinta kuliner unik. 

Desa Jemah, Kabupaten Sumedang mungkin belum banyak dikenal dan seolah terlupakan oleh hiruk pikuk modernisasi, ternyata menyimpan kekayaan kuliner yang tak terduga. Di balik ketenangan dan ketentraman desa, camilan ini sudah menjadi warisan secara turun temurun. 

Disinilah, para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dengan modal dari penyuluhan dan ketekunan penuh mengolah bongkot pisang---bagian dari pohon pisang yang sering kali dianggap tak berguna menjadi keripik lezat yang mampu menggugah cita rasa konsumennya.

Imas, anggota UPPKS di Desa jemah yang juga pegawai produksi mengatakan "Usaha keripik dari bonggol pisang atau masyarakat sini sebut bongkot pisang sebenarnya sudah berdiri tahun 2009, awalnya ada penyuluhan ke desa dan ibu-ibu UPPKS disini mencoba membuat keripiknya dan berjalan sampai sekarang". 

Sayangnya, meskipun keripik ini memiliki rasa yang khas dan tekstur yang renyah, usaha keripik ini belum dikenal secara luas karena hambatan utama dalam keterbatasan pemasaran. Usaha keripik bongkot pisang Jemah ini juga masih tersembunyi dalam bayang-bayang ketidakadilan dan ketidakpedulian. 

"Usaha keripik ini sering menghadapi jatuh bangun neng, dari modal dan pemasaran. Pemasaran sendiri hanya di Masjid Al-Kamil atau pesan dari whatsapp, baru dibikin juga kalau ada pesanan. Untuk modal sendiri baru dari bantuan Desa ke UPPKS dan itu juga masih terbatas terutama pada alat-alat produksinya". ucap salah satu pegawai bongkot pisang yang akrab dipanggil dengan sebutan Mamah Raya. 

Modal dan pemasaran menjadi masalah utama dalam pengembangan ide usaha Keripik Bongkot Pisang. Keterbatasan masyarakat dalam ranah dunia digital membuat produk ini seolah hanya terkurung di Desa Jemah 

"Sosial media untuk jual keripik ini belum ada dan ibu-ibu juga kurang paham sama yang begituan, kalau bahasa sundanya mah kudet, taunya cuma buat telponan doang", tutur Olot istri kepala dusun dan juga anggota UPPKS. 

Kendala ini sangat disayangkan mengingat potensi yang dimiliki oleh keripik yang tidak hanya lezat namun juga mengandung banyak khasiat didalamnya.  Bongkot pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, termasuk protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi dan vitamin B1 serta C. Kandungan yang terkandung dalam bongkot pisang dapat membantu mendetoksifikasi sistem pencernaan, mengobati asam lambung, menurunkan berat badan, mengontrol kolesterol dan tekanan darah.  Bongkot pisang juga memiliki khasiat untuk mencegah batu ginjal dan membantu mengobati diabetes. 

Pembuatan keripik bongkot pisang sangat mudah dan sederhana dengan langkah pertama proses pembuatan keripik adalah memilih bongkot dari pohon pisang tua dan sudah diambil buahnya. Kemudian bongkot dicuci dengan air mengalir, dipotong kecil-kecil dan direndam beberapa saat untuk memastikan getahnya telah hilang sempurna. Selanjutnya bongkot di presto selama 3 jam hingga warna menjadi gelap dan teksturnya melunak. Bongkot didinginkan dan masuk ke tahap pemarutan. Hasil parutan dicampur dengan tepung tapioka dan rempah-rempah, hingga menjadi adonan yang siap untuk dicetak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun