Desa Pakis merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Jember, Kecamatan Panti, yang memiliki potensi hasil alam yang melimpah. Hal tersebut tentu didukung oleh kondisi alam dan geografis daerah yang terletak di dataran tinggi karena berbatasan langsung dengan Gunung Argopuro di sebelah utara. Adapun potensi alam yang menjadi iconic yaitu durian, kopi, ubi dan singkong. Hasil pertanian tersebut berasal dari perkebunan rakyat serta lahan milik Perhutani yang juga dikelola oleh LMDH dan masyarakat sekitar. Kondisi ini menjadi faktor pendorong bagi masyarakat untuk memanfaatkan peluang usaha dengan mengolah produk sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Salah satunya yaitu usaha yang dikunjungi oleh mahasiswa KKN Kolaboratif 157 yang dirintis oleh Bapak Ma'ruf.
Usaha yang diketuai oleh Bapak Ma'ruf ini menggunakan kopi dan singkong sebagai bahan utama dalam hasil produknya. Usaha yang mulai dirintis sejak tahun 2020 ini memiliki pekerja sebanyak 25 orang yang juga merupakan anggota dari Kelompok Wanita Tani (KWT). Produk utama yang telah dihasilkan oleh UMKM ini adalah "Kopi Argopuro Rengganis" dengan 3 macam jenis kopi yang berbeda yaitu Arabika, Robusta, dan Liberika. Kopi Argopuro Rengganis ini dijual dengan harga Rp25.000,00.- untuk kemasan 250gr. Bahan baku produk "Kopi Argopuro Rengganis" ini diperoleh secara langsung melalui petani kopi di Desa Pakis. Tahapan dalam proses pengolahan bahan baku hingga menjadi produk siap jual dilakukan secara mandiri oleh seluruh anggota UMKM, sedangkan untuk proses marketing produk dibantu oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pemilihan kemasan yang digunakan, desain label serta pemasaran produk Kopi Argopuro Rengganis ke konsumen.
Menurut penuturan Bu Yani sebagai PPL, "Produk kopi ini masih baru dirintis selama 2 periode, dengan sasaran pasar yaitu Madura untuk produk kopi dalam bentuk roasting sedangkan dalam bentuk mentah akan dipasarkan di Gresik dan Malang."
Selain produk kopi bubuk, UMKM Rengganis juga membuat produk tepung singkong dan ubi.
"Peminat untuk tepung telo masih jarang karena kebanyakan masyarakat bingung penggunaanya untuk apa, sehingga hanya ditampilkan di pameran dan dibuat olahan seperti brownies dan kue kering yaitu kuping gajah telo."
Kendala yang dihadapi UMKM Rengganis dalam menjalankan usaha ini yaitu kurangnya sumberdaya manusia untuk mengembangkan jangkauan pasar seperti branding dan promosi melalui media sosial.Â