Mohon tunggu...
Evayanti YulianaPutri
Evayanti YulianaPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Jember

Saya ada mahasiswa yang gemar menulis berita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intip Desa Kabuaran, Mahasiswa KKN Ini Mendukung Kelompok Masyarakat Pencetus Uji Coba Kampung Domba

18 Juli 2023   15:56 Diperbarui: 18 Juli 2023   16:24 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Uji Coba Kampung Domba di Desa Kabuaran, Dok. pribadi

            Desa Kabuaran merupakan desa yang terletak di Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso. Desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 2100 jiwa. Penduduk di desa ini tersebar di beberapa dusun, diantaranya Dusun Krajan Utara, Dusun Krajan Selatan, Dusun Taman Selatan, dan Dusun Taman Utara. Desa Kabuaran berada di dataran tinggi, tepatnya di daerah pegunungan. Kondisi geografis ini memberikan keuntungan pada masyarakat setempat berupa kondisi tanah yang cenderung subur. Potensi yang dimiliki membuat mayoritas warga Desa Kabuaran bermata pencaharian dalam sektor pertanian dan peternakan.

            Pada sektor pertanian, Desa Kabuaran memiliki potensi hasil pertanian yang melimpah, utamanya pada tanaman tembakau dan padi. Mayoritas masyarakat  memilih mengelola lahan pertanian dengan menanam tembakau pada musim kemarau, yaitu di bulan Juli sampai Agustus. Penanaman tembakau di musim kemarau dilakukan karena pertumbuhan tanaman ini hanya membutuhkan sedikit air dan cocok di tanam di daerah yang kering. Sebagian besar masyarakat juga bermata pencaharian sebagai peternak sapi dan kambing. Hampir di sepanjang desa masyarakatnya memiliki 1-3 hewan ternak. Sektor peternakan menjadi salah satu sektor andalan dalam memenuhi kebutuhan hidup, namun sektor pertanian tetap menjadi prioritas pendapatan utama. Sektor peternakan hanya difungsikan sebagai penambah kebutuhan dalam skala tahunan.

            Realitas tersebut terjadi pada Bapak Latif selaku POKMAS (Kelompok Masyarakat) di Dusun Taman Selatan Desa Kabuaran. Tim KKN UMD UNEJ kelompok 18 berkesempatan untuk melakukan wawancara  beliau terkait potensi desa yang ingin dikembangkan. Beliau merupakan salah satu warga yang memiliki pemikiran berbeda dengan kebanyakan orang. Orientasi pemikiran Bapak Latif tidak hanya berkaitan dengan materi. Hal ini terbukti dari tindakannya dalam menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar. Penyediaan lapangan kerja dilakukan melalui usaha rumahan membuat sedotan dari bambu. Sayangnya, usaha ini tidak berlangsung lama karena terkendala pandemi dan keterbatasan alat.

            Usaha Bapak Latif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat setempat tidak berhenti sampai disana. Beliau terus melalukan upaya-upaya lain disertai dengan kegigihan dan kemauan yang tinggi. Upaya lain yang ia kerjakan adalah budidaya tomat. Beliau menggerakkan masyarakat untuk turut andil dalam pengembangan budidaya tomat yang dilakukan. Bapak Latif terus mengupayakan gerakan-gerakan baru untuk membangun Desa Kabuaran ke arah yang lebih progresif. Gerakan baru yang dimaksud yaitu berani mengambil resiko untuk melakukan uji coba kampung domba di daerahnya sendiri. Uji coba kampung domba dilakukan melalui dana yang diperoleh dari dana APBDES. Beliau memiliki keyakinan yang cukup jika pengupayaan Desa Kabuaran sebagai kampung domba akan berhasil.

            Selaras dengan perkataannya "Saya itu punya anak dua. Anak pertama ingin berkuliah dan anak kedua masih kecil. Kalau saya hanya mengandalkan kerja di sedotan bambu nantinya saya akan kerja apa jika usaha saya bangkrut. Itu yang membuat saya suka mencoba banyak hal. Kalau kampung domba ini berhasil, saya pasti akan mencoba hal lain lagi", tuturnya pada Sabtu, 15 Juli 2023.

            Motivasi awal Pak Latif sebagai pencetus uji coba kampung domba berawal dari keprihatinan beliau terhadap ekonomi masyarakat, terutama pada mata pencaharian warga yang sebagian besar menjadi buruh tani dan ternak. Berdasarkan observasi yang dilakukan, beliau melihat jika masyarakat Desa Kabuaran hanya fokus pada pertanian dan peternakan, yang mana kedua sektor ini tidak bisa menjanjikan. Beliau memilih kampung domba karena jika memilih ternak sapi cukup memakan waktu sekitar satu tahun untuk mengembalikan modal. Berbeda dengan domba yang hanya membutuhkan 4 bulan untuk panen.

            Dana yang digunakan untuk uji coba kampung domba ini adalah dana APBDES yang dialokasikan oleh kepala desa, yaitu Bapak Sujono. Dana yang diberikan yaitu sebesar 80 juta. Kepala desa tersebut memberikan dukungan penuh demi mewujudkan program kampung domba. Alokasi dana ini digunakan untuk pembuatan kandang yang tersebar di 5 titik lokasi, diantaranya Taman Utara (RT 18, RT 1, RT 9) dan Taman Selatan (2 kandang di RT 16), yang mana setiap kandang berisi 5 ekor domba. Setiap satu kandang domba membutuhkan setidaknya 1 karung untuk kebutuhan pakan. Adapun jenis pakan yang diberikan berupa daun nangka, rumput gajah, dan daun jagung yang sudah dicacah.

            Jenis domba yang dipelihara terdiri dari domba lokal dan luar (Australia). Pemilihan kedua jenis domba ini bertujuan untuk mengetahui jenis domba mana yang lebih menguntungkan. Harga yang dipatok untuk domba-domba tersebut yaitu  harga indukan yang bagus sekitar 8-9 juta, induk biasa 4,5-5 juta, jantan super umur 4 bulan sebesar 6-7 juta, jantan biasa 3 juta, dan jantan 9-10 bulan berkisar antara 15-20 juta.

            Program uji coba kampung domba mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Kendala terbesar terletak pada SDM (Sumber Daya Manusia) yang kurang kooperatif. Bapak Latif selaku koordinator POKMAS harus selektif dalam menentukan partner untuk mengatasi kendala tersebut. Pemilihan partner yang sesuai dilakukan guna merealisasikan program secara konsisten. Sejauh ini, sudah ada 4 ekor domba indukan yang beranak. Situasi itu menunjukkan bahwa program tersebut bisa memberikan harapan yang positif. Sebagai POKMAS sekaligus peternak, beliau memiliki harapan besar agar program ini bisa berjalan sesuai harapan. Beliau berharap jika ternak domba bisa dilakukan secara berkelanjutan. Beliau juga mengungkapkan akan terus mencoba hal baru yang mengundang kebermanfaatan bagi masyarakat.

            "Saya punya harapan besar pada program kampung domba ini. Jika uji coba ini berhasil, maka saya akan melakukannya secara berkelanjutan. Saat ini saya juga sedang budidaya tomat kembali karena saya sudah tahu kapan bulan-bulan yang tepat untuk panen tomat. Misalnya bulan april harga tomat relatif mahal, jadi saya tanamnya dua bulan sebelum april", tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun