Kendal, 14 Juli 2024
Nyadran merupakan tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen laut yang melimpah. Oleh karena itu, nyadran juga biasa disebut sebagai sedekah laut.Â
Nyadran dilaksanakan setiap tahun secara turun-temurun di Bulan Suro (Muharram). Pada kesempatan kali ini, tim KKN MIT Posko 2 diberi kesempatan untuk mengikuti tradisi nyadran di Dukuh Gempol Sewu, Desa Jatipurwo, Kab. Kendal. Prosesi tradisi nyadran meliputi kegiatan menyebrangi laut dengan menggunakan perahu nelayan dengan perlengkapan di dalamnya seperti nasi bancaan, jajanan kemasan, dan kembang tabur.Â
Acara dimulai dengan pembacaan doa dan makan bersama serta dilanjut dengan menaburi kembang di perahu. Setelah itu, kami berlayar ke tengah laut untuk menyaksikan acara puncak dari tradisi Nyadran ini yang berupa penggulingan kepala kerbau ke laut.Â
Penggulingan kepala kerbau ke laut ini dipercaya oleh masyarakat apabila kepala kerbau tersebut tersangkut ke jaring nelayan maka di hari yang akan datang hasil panen nelayan akan melimpah. Kepala kerbau yang tersangkut di jaring nelayan selanjutnya akan dibawa pulang dan dipajang di perahu ataupun di rumah nelayan yang menemukannya.
Dilansir dari jateng.solopos.com. nyadran merupakan bentuk kekayaan budaya dan kearifan lokal yang tak hanya mengukur kebersamaan dan menjaga tradisi, namun juga menjadi daya tarik dalam memikat wisatawan. Dengan begitu, tradisi ini harus tetap dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H