Jatingarang, 26 Juli 2024 - Mahasiswa UNNES GIAT 9 Desa Jatingarang sukses menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan pembuatan Briksa (Briket Sekam Padi) bersama Kelompok Wanita Tani Sekar Melati Desa Jatingarang dengan mengusung tema "Briksa: Bahan Bakar Ramah Lingkungan, Pelatihan Menuju Masa Depan Berkelanjutan", Â Jum'at (26/7/2024).
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini merupakan program kerja individu yang digagas oleh saudari Ririn Purnama Sari dari Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Semarang. Diselenggarakannya sosialisasi dan pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajarkan pembuatan briket kepada ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekar Melati sebagai bentuk pemanfaatan limbah pertanian sekam padi menjadi bioenergi ramah lingkungan yang berkelanjutan. Menurut Ririn, ide sosialisasi dan pelatihan ini bersumber dari melimpahnya limbah sekam padi yang belum diikuti dengan pengolahan dan pemanfaatan yang kurang maksimal. "Desa Jatingarang memiliki luasan lahan persawahan sekitar 112,81 hektar yang mana setiap masa panen akan menghasilkan limbah sekam padi yang sangat banyak. Sejauh ini di Desa Jatingarang limbah sekam padi hanya dibakar dan dimanfaatkan oleh ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar Melati sebagai bahan tambahan media tanam saja, padahal setelah beberapa kali berbincang dengan ibu-ibu KWT Sinar Melati saya melihat potensi ibu-ibu KWT yang cerdas dan inovatif dalam mengembangkan lahan pertanian dengan bahan-bahan organik. Â Kondisi inilah yang mendorong saya berani berinisiatif untuk menyelenggarakan pelatihan pembuatan Briksa (Briket Sekam Padi) untuk mengembangkan potensi ibu-ibu KWT dalam pemanfaatan limbah sekam padi secara berkelanjutan menjadi energi alternatif ramah lingkungan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi" jelas Ririn.Â
Sosialisasi dan pelatihan pembuatan Briksa (Briket Sekam Padi) ini diikuti oleh 25 perwakilan anggota KWT Sinar Melati yang diselenggarakan di kediaman Ibu Giyarni Sutrisno selaku ketua KWT Sinar Melati. Proses pelatihan dimulai dengan penjelasan terkait bahan dan alat yang diperlukan dalam pembuatan briksa. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan briksa diantaranya sekam padi kering, tepung tapioka, dan air panas. Selanjutnya untuk alat-alat yang digunakan meliputi panci atau kaleng bekas, penumbuk, saringan, pipa, baskom, sendok, mangkok, dan nampan.
Langkah-langkah pembuatan briksa (briket sekam padi) adalah sebagai berikut:
- Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan!
- Kumpulkan limbah sekam padi dalam jumlah yang cukup banyak sebagai bahan utama pembuatan briksa!
- Keringkan sekam padi di bawah sinar matahari selama 2-3 hari!
- Bakarlah sekam padi kering dengan sistem tertutup menggunakan panci atau kaleng bekas!Perlu diingat bahwa proses pembakaran sekam padi dilakukan hanya sampai menjadi arang sekam padi (kondisi sekam padi masih utuh-utuh) bukan menjadi abu.
- Tumbuklah arang sekam padi sampai halus!
- Saringlah hasil penumbukan menggunakan saringan santan secara perlahan hingga dihasilkan partikel yang sangat kecil. Menurut Hartoyo dan Roliadi (1978) briket dengan kualitas yang baik diantaranya memiliki sifat seperti tekstur yang halus.
- Masukkan 2 sendok makan tepung tapioka ke dalam mangkok dan tambahkan air panas secukupnya!
- Aduklah tepung tapioka sampai memiliki tekstur seperti lem!
- Masukkan adonan tepung tapioka tersebut ke dalam baskom yang telah berisi 8 sendok arang sekam halus! Jadi dalam proses pencampuran antara arang sekam dan tepung tapioka memiliki perbandingan 8:2.
- Uleni kedua bahan tersebut hingga menjadi adonan kasar yang menggerindil!
- Masukkan adonan tersebut kedalam cetakan pipa dan padatkan!
- Jemurlah hasil cetakan di bawah sinar matahari sekitar 2-5 hari atau sampai benar-benar kering! Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada briket dan lamanya pengeringan ini bisa lebih cepat atau lebih lama disesuaikan dengan kondisi cuaca.
- Briket yang sudah kering siap digunakan!
Pelatihan pembuatan briksa (briket sekam padi) ini disambut antusias oleh ibu-ibu KWT Sinar Melati, terlihat ibu-ibu KWT sangat aktif bertanya dan mengikuti pelatihan sampai akhir dengan hasil briket yang sudah cukup bagus.Â
Pelatihan ini juga mendapatkan respon baik dari Bu Giyarni selaku ketua KWT Sinar Melati. "Dengan adanya pelatihan pembuatan briksa (briket sekam padi) Â yang diselenggarakan oleh adik-adik KKN UNNES ini sangat berguna bagi ibu-ibu KWT Sinar Melati dalam memanfaatkan limbah sekam padi lebih berkelanjutan. Selain itu kami bersyukur sekali karena kami tidak akan kebingungan dan kerepotan lagi ketika harga gas naik atau ketersediaan gas yang langka di pasaran, karena setelah adanya pelatihan ini kami bisa membuat briket pengganti gas untuk memasak dan kami akan menjadikan briksa (briket sekam padi) ini sebagai bahan bakar di desa kami. Saya mewakili ibu-ibu KWT Sinar Melati mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada adik-adik KKN UNNES yang sudah menyelenggarakan pelatihan briket ini" ujar Bu Giyarni.
Tim UNNES GIAT 9 berharap ilmu yang disampaikan melalui pelatihan briksa (briket sekam padi) ini dapat terus dilanjutkan oleh ibu-ibu KWT Sinar Melati Desa Jatingarang sebagai bentuk inovasi pemanfaatan limbah sekam padi terlebih bisa dilanjutkan sampai penjualan dan pemasaran yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga dapat memberikan tambahan pemasukan untuk keperluan keluarga. Inisiatif melalui pelatihan briksa (briket sekam padi) ini telah memberikan bukti bahwa ilmu dan potensi limbah di lingkungan masyarakat dapat dimanfaatkan menjadi produk yang lebih berguna dan memberikan perubahan yang lebih inovatif dan positif menuju masa depan yang berkelanjutan.