Usaha Mikro, Kecil, dan menengah atau biasa disebut UMKM merupakan salah satu potensi yang dapat menunjang dalam peningkatan IMP (Indek Pembangunan Manusia). Karena dengan adanya UMKM ini dapat mendorong peningkatan lapangan pekerjaana, peningkatan pendapatan, kemandirian ekonomi masyarakat yang ada di daerah tersebut, selain itu UMKM juga dapat menjadi pilar dalam memandirikan perekonomian yang ada. Terbukti UMKM secara nasional pada tahun 2024 Â memberikan kontribusi sebanyak 60,51 % terhadap perekonomian khususnya Produk Domestok Bruto (PDB). Selain dalam skala nasional di Kabupaten Cilacap sendiri UMKM sudah banyak bermunculan, data berdasarkanBadan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi daerah Kabupaten Cilacap pada tahun 2024 ini tedapart 21.821 UMKM yang sudah berdiri. Hal ini menunjukan bahwa UMKM yang ada memiliki potensi yang besar dan luar biasa.
Sejalan dengan hal diatas, di Desa Gunungtelu ini memiliki banyak potensi yang dapat dikembangaan terutama UMKM. Dari banyaknya jenis UMKM yang ada di Desa Gunungtelu ini memiliki potensi dibidang kerajinan dan kuliner. Dalam bidang kerajinan terdapat kerajinan tusuk sate yang terbuat dari bambu. Usaha ini dimiliki oleh Bapak Kamsum, dalam usaha ini baru berlangsung tiga bulan setelah vakum karena masalah keuangan. Dalam tiga bulan ini usahanya mulai bangkit kembali karena peamintaan produknya yang banyak. Dalam melakukan produksinya beliau dibantu 2 karyawan untuk melakukan penyerutan dan pemecahan bambu yang lebih kecil.Â
Dalam usaha ini bahan baku tusuk sate yang digunakan adalah jenis bambu petung yang dinilai lebih kuat dan tebal dibandingkan bambu lainnya yang kemudia kan dipecah lebih kecil dengan mesin pemotong khusus. Setelah menjadi kepingan kecil, bambu akan melalui proses penjemuran selama tiga hari yang kemudian akan dijual kepada pelanggannya dengan harga jual Rp 6000 per 1kg. Harga jual ini terbilang cukup murah karena produk merupakan barang setengah jadi yang kemudian harus diolah kembali di tempat lain, namun di tempat Bapak Kamsum ini belum tersedia alatnya.Â
Selain itu, menurut penuturan pegawainya dalam penjualan produknya hanya dilakukan secara konvensional dan kepada pelanggan tetapnya saja. Dengan hal itu perlu adanya fokus lebih lanjut dalam upaya pemasaran produk tersebut. Dalam hal kuliner banyak sekali para pelaku UMKM yang ada seperti UMKM pembuatan kripik ubi jalar, pisang, singkong, seblak, dan mengelola kacang kedelai menjadi tempe. Dalam UMKM pembuatan tempe ini dilakukan oleh Ibu Sumarti. Beliau melakukan usaha ini cukup lama, dalam sekali pembuatannya dapat membuat 5kg-10kg tergantung pesanan yang didapat. Dalam wawancara yang dilakukan beliau dalam melakukan pemasaran produknya hanya melalui konvensional saja atau tatap muka dengan konsumen dan belum pernah melakukan secara online.
Maka dari itu, hal ini dapat menjadi fokus utama bagi KKN Kelompok 26 khususnya dalam bidang ekonomi dengan memerikan ilmu terkait pemasaran digital marketing dan lainnya yang akan menunjang kemudahan UMKM dalam mngembangkan produknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI