Malang -- Tim Pengabdian Kuliah Kerja Nyata Universitas Negeri Malang (KKN UM) dimulai bulan Juni 2021 lalu mengadakan program pemanfaatan limbah rumah tangga dan kotoran hewan di Desa Donomulyo.
Pengabdian ini berawal dari faktor melimpahnya sampah rumah tangga dan kotoran hewan di Desa Donomulyo dan faktor menurunnya ekonomi Desa Donomulyo karena pandemi. Namun kelimpahan sampah ini hanya dibuang dan pemanfaatannya sangat kurang. Oleh karena itu Tim Pengabdian KKN UM memiliki gagasan untuk mengadakan program pemanfaatan limbah sampah rumah tangga dan kotoran hewan dengan tujuan agar masyarakat Desa Donomulyo memiliki skill dan kompetensi untuk memanfaatkan sampah rumah tangga dan kotoran hewan tersebut menjadi benda yang bermanfaat.
Terkait tentang meningkatkan perekonomian Desa Donomulyo seperti yang disampaikan sebelumnya, dimana saat ini Indonesia sedang dihadapkan dengan bencana nasional pandemik Covid-19, hal ini menjadi tantangan besar bagi masyarakat Indonesia untuk berlomba berinovasi untuk mempertahankan dapur. Kesempatan untuk berinovasi inilah yang melatar belakangi Tim Pengabdian KKN UM untuk membuat program ini. Melalui teknologi dan uji coba, Tim Pengabdian KKN UM mencoba terus menyempurnakan ide untuk memanfaatkan limbah sampah rumah tangga dan kotoran hewan yang melimpah di Desa Donomulyo tersebut.
Juga disamping itu, Desa Donomulyo memiliki perkebunan tebu yang sangat luas. Pembuatan pupuk organik sangat cocok dimanfaatkan masyarakat desa untuk menyuburkan tanaman tebunya. Penggunaan pupuk kompos atau lebih dikenal dengan pupuk organik memiliki banyak keunggulan dibanding pupuk kimiawi. Pupuk organik adalah salah satu pupuk yang terbuat dari limbah rumah tangga, sampah kering, kotoran hewan, yang telah mengalami pelapukan kemudian bentuk dan teksturnya akan berubah menjadi seperti tanah, tidak berbau,dan mengandung unsur yang dibutuhkan oleh tanaman.
Oleh sebab itu, pembuatan pupuk organik untuk mengolah kelimpahan limbah tersebut dinilai sangat tepat dan yang lebih utama juga penggunaan pupuk organik sendiri dapat menekan pengeluaran untuk perawatan tanaman tebu tersebut. Selain itu pupuk organik juga dapat dimanfaatkan untuk dijual dipasarkan keluar kota atau pulau, sehingga penjualan pupuk organik dapat meningkatkan ekonomi Desa Donomulyo dengan pesat di masa pandemi seperti saat ini apabila ditindak lanjuti dengan serius.
Kepala Desa Donomulyo, Sarip Sariyono mengatakan, "Kita seringkali mendapatkan pupuk organik palsu (tidak sesuai dengan izin, mutu dan efektivitas tidak teruji), jadi seringkali tanaman tebu kita menjadi kurang menghasilkan hasil yang sempurna."
Dengan permasalahan yang disebutkan diatas, Tim Pengabdian KKN melakukan transfer of knowledge kepada masyarakat tentang cara mengumpulkan dan memilah sampah yang cocok untuk dibuat pupuk kompos, cara membuat komposter aerob maupun anaerob yang baik dan benar dari tong plastik 60L dan 125L, serta branding di sosial media untuk pemasaran produk.
Untuk mendukung program ini, Tim Pengabdian KKN UM juga membuat dua mesin pencacah untuk sampah yang telah dikumpulkan supaya dapat menjadi potongan yang kecil-kecil sehingga sampah tersebut dapat difermentasi dengan sempurna. Kemudian mesin ini di berikan ke Desa Donomulyo sebagai pendukung program agar selalu berjalan dan dengan harapan masyarakat juga memiliki semangat untuk membuat pupuk kompos sendiri, karena masyarakat Desa Donomulyo yang terampil ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian dengan membuat usaha pembuatan pupuk kompos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H