Mohon tunggu...
kkn DesaBugBug
kkn DesaBugBug Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa KKN PMD Universitas Mataram Periode Juni - Agustus 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cegah Stunting Sebelum Genting: Peran Mahasiswa dalam Upaya Pencegahan Stunting

12 Juli 2023   20:07 Diperbarui: 12 Juli 2023   20:14 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sosialisasi pencegahan stunting di Desa Bug-Bug/Dokpri

“Generasi muda adalah masa depan bangsa”, kita semua tentu setuju bahwa anak-anak akan tumbuh menjadi generasi penerus estafet kepemimpinan bangsa dimasa depan. Namun akhir-akhir ini banyak beredar berita tentang melonjaknya kasus stunting di hampir seluruh wilayah di Indonesia, salah satunya yang terdapat di Kabupaten Lombok Barat NTB. Stunting itu apa sih? Lalu bagaimana cara untuk mencegahnya? Menurut Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Wakil Presiden menjelaskan bahwa stunting bukan tergolong penyakit, stunting ini termasuk keadaan dimana tubuh gagal tumbuh karena asupan makanan yang kurang dan terjadi infeksi yang kronis pada masa periode emas atau sekitar sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2021, Stunting masih merupakan kendala dalam pembangunan SDM Indonesia.. Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius.

Berdasarkan data e-PPGBM tahun 2022 yang dikutip dari dinkes.ntbprov.go.id, Kabupaten Lombok Barat termasuk ke dalam tiga Kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi (18.98%) di Provinsi NTB. Lalu pada tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 13% dengan harapan pada tahun-tahun berikutnya bisa terus menurun sampai mencapai titik 0%. Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, S.Ag., M.Si. menegaskan bahwa pada tahun 2024 diharapkan persentase kasus stunting harus di bawah 8%. Hal itu manjadi PR tersendiri bagi tiap instansi pelayanan kesehatan dan para masyarakat khususnya di Kabupaten Lombok Barat.

Salah satu desa yang menjadi fokus dalam upaya pencegahan stunting di Lombok Barat adalah Desa Bug-Bug Kecamatan Lingsar. Setelah dilakukan survey langsung di Desa Bug-Bug, diketahui bahwa saat ini terdapat kasus stunting di beberapa dusun. “Jumlah kasus stunting yang ada sudah mengalami penurunan dari yang awalnya 24 kasus  menjadi 18 kasus dengan harapan akan terus menurun agar persentase stunting di desa menjadi 0%” ujar H. Sukardan Abdy selaku Kepala Desa Bug-Bug.

Stunting adalah kondisi yang tidak dapat diobati namun bisa dicegah sejak dini. Dalam hal inilah para mahasiswa mendapat kesempatan untuk ikut membantu pencegahan stunting di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan sosialisasi seperti yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa KKN PMD Universitas Mataram di Desa Bug-Bug dengan tema sosialisasi “Membantu Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Pola Konsumsi (Gizi) dan Pengimplemantasian Lingkungan Hidup Sehat sebagai Upaya Pencegahan Stunting di Desa Bug-Bug”. Sosialisasi yang dilaksanakan pada Senin 3 Juli 2023 bertempat di kantor desa dengan narasumber utama Ibu Baiq Suzana ahli gizi dari Puskesmas Lingsar dan Bidan Sonya Zulaika selaku bidan Desa Bug-Bug. Kegiatan ini dihadiri oleh ibu-ibu hamil di seluruh dusun di Desa Bug-Bug beserta para kader Desa Bug-Bug. Tujuan diselanggarakannnya sosialisasi ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan stunting. Serta meningkatkan kesadaran publik dan merubah perilaku maksyarakat terkait hidup sehat.

Pencegahan stunting baiknya dilakukan dari masa kehamilan sampai anak usia 2 tahun dengan berbagai cara diantaranya memperhatikan gizi yang dikonsumsi dan menjaga perilaku hidup sehat, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu hamil dan balita, menjaga sanitasi lingkungan, serta melakukan vaksinasi sesuai anjuran.

Gejala stunting maupun status gizi kurang dapat  menyebabkan terganggunya proses tumbuh kembang dan terlambatnya perkembangan motorik pada anak. Zat gizi memegang peranan penting dalam dua tahun pertama kehidupan. Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak memerlukan zat gizi yang kuat. Karena keadaan tersebut, pada balita usia 0-2 tahun memerlukan perhatian khusus dalam pengendalian gizi guna memperhatikan perkembangan motoriknya demi mencegah timbulnya stunting. Mengingat pentingnya pencegahan stunting, masyarakat dan semua pihak perlu bersama-sama terlibat secara langsung dalam penanganan stunting agar dapat membentuk generasi yang lebih unggul untuk kedepannya. Perubahan memerlukan perjuangan bukan dengan sekadar duduk diam. Berjuanglah demi perubahan dan betulkan keinginan kita.

Dokpri
Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun