Candirenggo (19/11/2022) -- Boraks merupakan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh jika tertelan atau juga terhirup. Namun, boraks masih saja digunakan oleh beberapa produsen makanan sebagai bahan pengenyal atau pengawet.
Boraks sering ditemukan pada makanan, misalnya bakso, mie, kerupuk, atau tahu. Padahal boraks umumnya digunakan untuk bahan non-pangan, seperti untuk tambahan bahan pembersih, pengawet kayu, juga pembuatan gelas. Â
Penggunaan boraks pada makanan yang dilakukan oleh beberapa produsen makanan ini dipicu oleh harga boraks yang murah, mudah untuk didapat, serta membuat tampilan dari makanan menjadi lebih menarik. Makanan yang mengandung boraks didalamnya sulit untuk dikenali secara kasat mata. Namun, terdapat beberapa ciri dari makanan yang mengandung boraks, seperti:
- Bentuknya yang kenyal, tidak mudah hancur, dan padat
- Warnanya lebih putih
- Tahan lama atau awet hingga beberapa hari
Boraks yang dikonsumsi dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan pengendapan pada beberbagai organ, seperti otak, hati, dan ginjal. Pengendapan boraks tersebut lah yang dapat mengganggu kesehatan tubuh berupa gangguan saraf, gangguan kesuburan, atau pun kanker. Dalam porsi yang banyak, makanan yang mengandung boraks dapat menyebabkan tubuh menimbulkan reaksi seperti mual, muntah, nyeri perut, lemas, diare, sakit kepala, hingga pingsan. Namun, kesadaran masyarakat akan bahaya boraks cenderung masih minim. Oleh karena itu, mahasiswa KKN UM memberikan pendampingan pengujian dan edukasi akan bahaya boraks pada bahan pangan kepada para ibu dari balita di Posyandu RW 12 Kelurahan Candirenggo pada Sabtu, 19 November 2022.
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa KKN UM terbagi menjadi 2 tahapan. Pertama, kegiatan ini diawali dengan penyampaian materi oleh Gratia Brenda Gerung (Mahasiswa FMIPA Departemen Biologi UM). Kedua, kegiatan dilanjut dengan pengujian boraks pada makanan menggunakan kunyit. Para ibu dari balita di Posyandu RW 12 Kelurahan Candirenggo terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan ini karena para ibu belum mengetahui cara penggunaan kunyit untuk mendeteksi boraks pada bahan pangan.
Kunyit dapat digunakan untuk mendeteksi boraks karena mengandung senyawa kurkumin yang mampu berikatan dengan asam borat dan akan membentuk komponen rososianin yang menimbulkan warna merah kecoklatan. Perubahan warna tersebut lah yang menjadi indikator pendeteksi adanya boraks pada makanan. Selain itu, kunyit juga mudah didapat oleh masyarakat dan penggunaannya mudah.
Cara pengujian boraks pada makanan menggunakan kunyit dilakukan dengan mencampurkan air kunyit dengan makanan yang sudah dihaluskan. Campuran air kunyit dapat dibuat dengan cara bubuk kunyit ditambahankan dengan air. Dalam kegiatan ini, sampel bahan pangan yang digunakan adalah pentol serta kerupuk. Sampel bahan pangan dihaluskan kemudian ditambahkan sedikit air, lalu tetesi campuran bahan pangan dengan air tersebut dengan air kunyit. Apabila terjadi perubahan warna dari sampel, yaitu menjadi merah kecoklatan artinya sampel tersebut positif mengandung boraks. Hasil pengujian menunjukkan sampel pentol negatif mengandung boraks, sedangkan kerupuk positif mengandung boraks.
Melalui kegiatan ini, para ibu dari balita di Posyandu RW 12 Kelurahan Candirenggo juga mendapatkan pengetahuan baru, yaitu bahaya boraks, cara pengujiannya, serta tidak hanya makanan kenyal saja yang mengandung boraks. Harapannya, masyarakat di Kelurahan Candirenggo semakin sadar akan bahaya boraks dan tidak enggan untuk melakukan pengujian mandiri di rumah.