JEMBER - Selasa (26/07/2022) Kelompok KKN Kolaboratif 168 Jember melakukan anjangsana dalam rangka survei Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Susu Kedelai Segar (SKS) Cak Beki di Dusun Biting Pinggir Kecamatan Arjasa.
Survei UMKM dilakukan oleh Kelompok 168 dengan semangat 45 karena dapat terjun langsung untuk menyaksikan pembuatan susu kedelai yang telah dilakukan secara semi modern.
Usaha ini sudah ada sejak tahun 2017 lalu yang dibangun oleh Cak Beki sebagai pemilik alias owner UMKM SKS. Hingga kini, usaha tersebut semakin berkembang dengan segala pembaruan yang ada.
"Ibu jualan ini sudah ada 5 tahunan, Dik, tahun 2017-an itu sudah Ibu mulai jualan," ungkap Ita selaku istri Cak Beki.
"Kalau dulu tuh masih pakai blender, Dik, tapi Alhamdulillah sekarang sudah lebih modern, pakai mesin khusus soalnya, gak pakai blender lagi," tambah Ita.
Lika-liku pasti datang menghampiri usaha kecil milik Ibu Ita. Mengingat bisnis yang dijalankan oleh beliau sudah berjalan cukup lama. Meskipun demikian, beliau tetap mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencapai apa yang diinginkan customer-nya.
"Jualan susu ini mesti banyak, Dik, hambatannya. Apalagi banyak yang komplain tentang susu kedelai ini, kayak kurang kental, kurang ini itu lah. Tapi, ya sudahlah kan selera orang berbeda-beda, yang penting gak mengurangi rasa dari susu kedelainya," jelasnya.
Setelah mengetahui sejarah dan hambatan usaha SKS, Kelompok 168 melanjutkan survei mengenai proses pembuatan SKS yang sudah menggunakan mesin khusus untuk menggiling kedelai yang sudah tanak. Sayangnya, dalam mengupas kedelai masih terbilang masih manual.
"Ini ya, Dik, mesin khusus buat menggiling kedelainya, tapi ya gitu kalau ngupasnya masih manual, Dik," tuturnya sembari menunjukkan alat mesin tersebut.
"Oh, gitu ya, buk, jadi udah ada pembaruan buat alatnya, dari yang blender sekarang pakai mesin," tegas Isma salah satu anggota dari Kelompok 168.
(Mesin berada di sebelah kanan)
Berbicara SKS Cak Beki, beliau tak hanya menggunakan satu varian rasa, melainkan terdiri atas varian, seperti taro, melon, strawberry dan original. Meskipun demikian, mayoritas konsumen menyukai varian original tanpa diberi perasa apapun.
"Kalau orang-orang tuh ya, Dik lebih suka yang original daripada yang rasa-rasa gitu, kurang tau juga ya kenapa, mungkin selera orang berbeda-beda, ada yang suka original dan ada yang suka rasa-rasa. Kebanyakan kalau rasa-rasa itu disukai sama remaja-remaja gitu," jelas Ita sambil mengambil beberapa botol SKS.
"Iya sih, Buk, kebanyakan anak remaja suka yang rasa-rasa, soalnya kan lebih khas gitu mungkin, Buk, baunya," imbuh Tista salah satu anggota kelompok 168.
Sebagai penghujung, beliau menyampaikan bahwa penjualan bisa mencapai Rp200.000,00/hari dengan menjual 30-50 botol yang selalu habis tiap harinya.
Kunjungi :
Universitas Mochammad Sroedji Jember
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H