Minyak jelantah masih dianggap sekadar sampah oleh kebanyakan masyarakat level rumah tangga di Indonesia. Hal ini terbukti dari survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 140 rumah tangga pengguna minyak goreng pada Agustus-September 2020 lalu. Survei menunjukkan, hanya 35,7 persen responden yang tidak membuang minyak goreng bekas pakainya.
Adanya minyak jelantah tersebut dapat berdampak negatif bagi lingkungan karena dapat mengakibatkan pencemaran tanah maupun air. Pencemaran tanah terjadi karena menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi keras sehingga akan mengganggu ekosistem yang ada.
Maka dari itu, diperlukan adanya upaya pengolahan limbah minyak jelantah agar tidak mencemari lingkungan dan menambah nilai ekonomis seperti yang diselenggarakan oleh kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMD 169 Universitas Jember di Desa Besuki, Kec. Besuki, Kab. Situbondo. Kelompok KKN UMD 169 UNEJ menyelenggarakan sosialisasi untuk mendemonstrasikan kegiatan mengubah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi yang berjudul GERABAH (Gebrakan Lilin Rempah dari Jelantah) pada hari Senin (05/08/2024). Acara sosialisasi tersebut digelar di Balai Desa Besuki yang dihadiri oleh Ibu-ibu Kader dan PKK sejumlah 51 orang.
Pelaksanaan kegiatan tersebut diawali dengan penyampaian materi yang memberikan informasi mengenai pengertian, bahan, dan alat yang dibutuhkan dalam membuat lilin aromaterapi. Setelah penyampaian materi, pelaksanaan praktik merupakan langkah selanjutnya. Pada praktik tersebut, mahasiswa KKN mendemonstasikan pembuatan lilin aromaterapi mulai dari pemanasan minyak yang telah direndam dengan arang selama 24 jam dan disaring hingga pemberian stearin agar minyak bisa mengeras dan menjadi lilin. Proses pembuatan lilin aromaterapi diawali dengan memasukkan daun serai yang sudah disediakan ke dalam minyak jelantah yang telah dimasak terlebih dahulu. Langkah ini bertujuan untuk meminimalisir bau dari minyak jelantah dengan minyak atsiri yang dihasilkan oleh daun serai tersebut. Setelah aroma dari daun serai mulai tercium, minyak jelantah tersebut disaring dan ditambahkan serbuk asam stearin yang berfungsi untuk memadatkan minyak jelantah sehingga memiliki tekstur seperti lilin ketika dingin. Setelah itu, lilin cair yang masih panas tersebut ditempatkan di wadah hingga memadat.
Pada kegiatan ini, terlihat antusiasme ibu-ibu yang sangat tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan keikutsertaan ibu-ibu dalam pembuatan lilin aromaterapi seperti mengaduk minyak jelantah dengan daun sereh dan strearin. Dengan dilakukannya sosialisasi sekaligus demonstrasi pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah ini, kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMD 169 UNEJ berharap dapat turut andil dalam upaya mengurangi penumpukan limbah minyak jelantah dan pencemaran yang diakibatkannya pada lingkungan Desa Besuki serta dapat menambah pendapatan dan pembukaan lapangan pekerjaan baru untuk meningkatkan UMKM desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H