Mendengar nama Gunung Kawi, pasti akan terlintas kata mistis dipikiran kita. Wilayah Gunung Kawi sendiri sudah terlanjur mendapat julukan dengan istilah tempat wisata spiritual dan juga tempat mencari "Pesugihan". Di Gunung Kawi terdapat tempat yang bernama Keraton Gunung Kawi, suasana di sana cenderung tenang dengan jajaran hutan pinus yang masih rindang.Â
Terletak sekitar 60 menit dari Kota Malang dengan menggunakan mobil, Keraton Gunung Kawi sengaja dibuat jauh dari keramaian oleh pendirinya yaitu Prabu Kameswara II. Bangunan Keraton Gunung Kawi ini memiliki bentuk fisik yang tidak begitu megah karena memang difungsikan sebagai tempat untuk bertapa.
Sejarah awal munculnya Keraton Gunung Kawi adalah sebuah padepokan yang didirikan seorang raja yang berasal dari Kerajaan Dhoho (Kerajaan Kediri) Prabu Kameswara II, Beliau meninggalkan pesan kepada rakyatnya bahwa beliau akan pergi "mukso" (menyatu dengan alam) ke Gunung Kawi, yang lokasinya berada antara selatan dan timur. Disanalah Prabu Kameswara II membuat sebuah padepokan sebagai tempat tinggal bersama sang istri, tepatnya pada tahun 1112.
Prabu Kameswara II dan istrinya tinggal di padepokan ini selama 3 tahun dan meninggal pada tahun 1115. Di Padepokan ini, Prabu Kameswara II memiliki 3 pengikut yaitu, Eyang Hamid, Eyang Joyo, dan Eyang Broto, serta bertemu dengan Eyang Sinduharjo yang sempat diangkat menjadi patih Sidoarjo.Â
Jadi saat mereka berada di padepokan ini, mereka belum mengenal agama dan masih mempercayai ajaran animisme seperti menyembah batu, pohon, dsb. Kemudian datang Mpu Sendok II yang memberikan pengaruh agama Hindu dan diajarkan di daerah lereng Kawi.
Perkembangan zaman yang sangat pesat, mempengaruhi masuknya berbagai agama di wilayah ini. agama yang masuk seperti Islam, Kristen, Budha, Konghucu, dll mempengaruhi masyarakat sekitar yang mendorong terbangunnya tempat ibadah di sekitaran Kraton tersebut. Sehingga pada akhirnya terbentuk Keraton Gunung Kawi yang merangkul 5 agama.
Penulis : Rendra Fitriana
Editor : Nurul Fitria