Jombang/26/03/2022 - Indonesia terkenal dengan wisata alam dan wisata religi yang sangat banyak dan menyebar di seluruh wilayah nusantara. Hal ini didukung pula dengan sejarah panjang Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Banyak hal yang mempengaruhi kehidupan masyarakat berawal dari sejarah, salah satunya perihal kepercayaan atau agama. Ini dibuktikan dengan banyaknya peninggalan-peninggalan sejarah baik berupa makam, masjid, dan lain sebagainya. Salah satu bukti peninggalan sejarah islam adalah Makam Pangeran Benowo yang terletak di Desa Wonomerto Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.
      Makam Pangeran Benowo menjadi salah satu Wisata Religi yang ada di Jawa Timur. Makam ini jaraknya sekitar 35 KM dari pusat Kota Jombang. Letaknya yang berada di lereng Gunung Anjasmoro dan terbilang jauh dari pusat kota membuat tempat ini jarang atau sedikit peziarah yang datang. Namun meski demikian, makam ini tetap terawat dan terjaga kebersihannya. Ketika sampai di lokasi, peziarah akan disambut dengan suasana yang masih sangat asri dengan pepohonan yang cukup rindang. Sebelum masuk ke tempat peristirahatan sang pangeran, terdapat kompleks makam prajurit dan para pengikut Pangeran Benowo serta juru kunci terdahulu. Makam Pangeran Benowo berada di sebuah bangunan yang menyerupai rumah dan  diapit makam kedua istrinya, yaitu Dewi Sekar Arum dan Dewi Sekar Kedaton.
      Dalam kesempatan kali ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur (UPNVJT) dari kelompok 92 berkunjung untuk berziarah ke Makam Pangeran Benowo seraya bersilaturahmi ke rumah Bapak Watono selaku juru kunci. Kedatangan mahasiswa KKN disambut hangat oleh beliau. Beliau menceritakan dengan rinci bagaimana sejarah dari Pangeran Benowo. Pangeran Benowo merupakan anak dari Sultan Adiwijaya atau Mas Karebet (Jaka Tingkir) dari Kerajaan Padang. Di Desa Wonomerto, Pangeran Benowo membangun sebuah pondok dan mulai menyebarkan agama islam kepada masyarakat. Dalam menyebarkan agama islam, Pangeran Benowo menggunakan sebuah alat kesenian tradisional bernama Terbang Guntur Geni. Alat ini biasanya digunakan untuk mengiringi lantunan shalawat nabi.
      Sampai saat ini masih rutin diadakan peringatan-peringatan seperti haul, pengajian dan juga rutinan tiap malam jumat pahing oleh masyarakat sekitar. Namun selama masa pandemi covid-19 ini, kegiatan rutinan sedikit dibatasi untuk mematuhi peraturan pemerintah. Kelompok 92 KKN UPNVJT, juga menanyakan terkait dengan bagaimana branding makam Pangeran Benowo ini. Meskipun branding di media sosial sangat minim, banyak tokoh publik yang datang untuk berziarah seperti budayawan Sujiwo Tejo dan pemain Kian Santang yaitu Alwi Assegaf. Bapak Watono berharap, mahasiswa KKN bisa membantu promosi Makam Pangeran Benowo supaya lebih dikenal oleh masyarakat luas. "kalian tiga bulan kan di sini, nanti saya tak bicara yang enak biar bisa didengar dengan publik," tutur beliau. Beliau juga meminta agar mahasiswa dapat mengikuti acara rutinan di Makam Pangeran Benowo. (K_92)
Penulis : Kelompok 92 KKNT MBKM Universitas Pembangunan Nasioanal "Veteran" Jawa TimurÂ
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) : Kusuma Wardhani Mas'udah, S.Si, Â M.Si
Person In Charge (PIC) : Hasri Maghfirotin Nisa. S.Sos
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H