Cangkring, 17 Agustus 2024 - Mahasiswa KKN Kolaboratif 75, melakukan kegiatan pembuatan pupuk organik dari limbah kandang yang berlokasi di kediaman ketua kelompok tani di dusun Cangkring Baru, desa Cangkring. Saat ini, peredaran pupuk bersubsidi semakin langka. Limbah kotoran hewan yang melimpah seperti di Desa Cangkring ini perlu dimanfaatkan. Pengolahan pupuk organik harus mulai dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia bersubsidi.Â
Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya.Â
Dalam  melakukan kegiatan pembuatan pupuk tersebut tim KKN 075  dipandu oleh bapak Dwi selaku PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Pupuk organik ini terbuat dari campuran kotoran hewan dan bekatul serta serbuk gergaji. Kemudian menggunakan bahan dekomposer EM4, PF, tricodherma, asam humat, tetes tebu untuk mempercepat proses dekomposisi. Kapur dolomit juga ditambahkan untuk menetralkan pH.Â
Proses fermentasi membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 14 hari, dan harus ditutup dengan terpal yang bertujuan  untuk melindungi proses fermentasi dari hujan serta paparan sinar matahari secara langsung. Setiap tiga hari sekali harus dilakukan pengadukan terhadap pupuk organik tersebut.
"Pembuatan pupuk kandang ini lebih efisien untuk digunakan oleh para petani karena lebih terjangkau dan bersifat keberlanjutan" tutur bapak Dwi, Penyuluh Pertanian Lapangan.