Melimpahnya limbah industri pengolahan kayu dan pertanian di Desa Kalitapen berpotensi diolah kembali menjadi produk yang lebih bermanfaat, salah satunya briket. Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari arang kelapa, arang serbuk kayu, maupun arang sekam padi yang dicampur dengan tepung tapioka.
Berdasarkan potensi limbah tersebut, tim KKN UNEJ 53 Kalitapen berupaya mengolah kembali limbah serbuk kayu yang dibuang menjadi briket. Proses pembuatannya pun cukup mudah, yakni membakar serbuk kayu dalam keadaan tertutup hingga menjadi arang. Setelah menjadi arang, dicampurkan tepung tapioka yang telah dipanaskan dengan air sebagai perekat arang tersebut dan diaduk rata. Briket kemudian dicetak menggunakan besi hollow dan ditekan untuk dipadatkan. Briket kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari.
Peluang usaha briket ini semakin dilirik oleh pelaku usaha mikro karena kebutuhan konsumen akan bahan bakar alternatif yang tinggi di sektor kuliner. Harga jual briket yakni sekitar sepuluh ribu rupiah per kilogramnya. Sedangkan, bahan produksinya juga terjangkau dengan bermodal limbah serbuk kayu ataupun sekam padi, menyesuaikan potensi lingkungan sekitar.
Tak hanya itu, tim KKN UNEJ 53 Kalitapen juga akan menggandeng masyarakat Desa Kalitapen untuk melakukan penyuluhan akan potensi usaha pembuatan briket. Hal ini juga disambut baik dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Kalitapen untuk mengembangkan kreativitas, semangat, dan peningkatan pendapatan masyarakat Desa Kalitapen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H