Desa Sumber Tengah merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso. Sumber Tengah mempunyai sebutan tersendiri, yakni sebagai Desa Poler. Selain mempunyai sebutan Desa Poler, Sumber Tengah ini juga menjadi penghasil sentra produksi Tape atau olahan singkong lainnya, yang mungkin belum banyak orang luar tahu. Â
Dalam kesempatan kali ini, kelompok KKN 251 dari Universitas Jember yang mengabdi di Desa Sumber Tengah, menemukan salah satu usaha rumahan yang tersembunyi. Â Usaha rumahan tersebut yaitu keripik singkong. Singkong sendiri merupakan tanaman yang banyak manfaatnya. Manfaat tersebut diantaranya adalah melancarkan pencernaan, menurunkan kolesterol, menjaga kesehatan mata, dsb.
Keripik singkong merupakan camilan ringan yang terbuat dari singkong. Selain rasanya yang gurih dan renyah, keripik singkong juga cocok disandingkan sebagai camilan di saat santai. Keripik singkong yang berada di desa Sumber Tengah ini merupakan keripik yang pembuatannya masih tradisional. Cara pembuatannya termasuk gampang gampang susah. Secara singkat, urutan pembuatan keripik singkong adalah mengiris singkong tipis tipis, lalu singkong yang sudah diiris tipis dipisahkan ke wadah-wadah agar tidak lengket jika di goreng, lalu digoreng sampai kering dan berwarna kuning.
Salah satu warga di Desa Sumber Tengah yang mempunyai usaha rumahan keripik singkong adalah Bu Nur Aisyah dari RT 12. Usaha keripik singkong Bu Nur Aisyah ini sudah berjalan secara turun temurun selama 10 tahun. Keripik Singkong Bu Nur Aisyah memiliki Label Rumah Produksi Keripik Singkong "Rizquna" dan sudah terdaftar di PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).
Bu Nur Aisyah biasanya membeli bahan baku untuk pembuatan keripik singkong dari luar daerah misalnya dari Banyuwangi dan Jember. Keripik singkong Rizquna ini mempunyai tiga varian rasa diantaranya asin, balado, dan bawang. Bu Nur Aisyah biasanya menjual keripik singkong Rizquna ke sales yang datang ke rumah atau dengan sistem pesanan.
Masyarakat Sumber Tengah biasanya juga membeli dengan jumlah yang sangat banyak, untuk keperluan pertemuan atau dimakan sendiri. Kemasan yang sering di jual yaitu kemasan dengan berat 75 gram dan perkemasan di jual seharga 2 ribu rupiah. Sedangkan untuk penjualan perkilo, biasanya Bu Nur Aisyah mematok harga mulai dari 25 ribu rupiah -- 30 ribu rupiah per kilo. Harga juga bisa berubah-ubah tergantung dengan harga bahan baku yang digunakan, misalnya jika minyak atau singkong yang digunakan sedang naik maka harga keripik akan naik juga. Bu Nur Aisyah dalam sekali produksi bisa menghabiskan minyak sebanyak 10 kg. Dari penjualan keripik tersebut, biasanya Bu Nur Aisyah mendapatkan profit 500-1 jt rupiah per satu kali produksi.
Dalam setiap usaha, ditemukan beberapa permasalahan. Permasalahan yang di alami oleh Bu Nur Aisyah, sebagai salah satu produsen keripik singkong ialah banyaknya persaingan yang sangat ketat antara kompetitor. Di era yang sekarang sudah serba online, mereka belum pernah menjual dagangannya secara online, akibat keterbatasan karyawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H