Mohon tunggu...
KKN 251Sumber
KKN 251Sumber Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Sedang melaksanakan kegiatan KKN di desa Sumber Tengah, Kecamatan Binakal, Kabupaten Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Desa Sumber Tengah: Menggali Potensi Tapai Bondowoso

2 Agustus 2022   17:23 Diperbarui: 2 Agustus 2022   17:36 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 30 JuliㅡTapai merupakan salah satu jajanan tradisional asli  Indonesia. Tapai adalah sebuah makanan yang berasal dari olahan singkong. Dalam pembuatan tapai, secara sangat sederhananya pembuat tinggal menambahkan ragi pada singkong lalu mendiamkan campuran kedua bahan tersebut berfermentasi hingga menjadi tapai. 

Jajanan ini memiliki rasa manis dan sedikit asam yang kebetulan cocok dengan selera masyarakat Indonesia. Kebanyakan produksi tapai berasal dari provinsi Jawa Timur, salah satunya merupakan Bondowoso.

Bondowoso merupakan sebuah kota yang terletak di sisi timur provinsi Jawa Timur. Kota Bondowoso terkenal dengan oleh-oleh khasnya, yaitu tapai. Dari berbagai tempat produksi tapai yang berada di Bondowoso, salah satunya adalah desa Sumber Tengah. 

Tapai yang dihasilkan oleh daerah Sumber Tengah ini juga memiliki ciri khasnya sendiri, yaitu memiliki rasa manis yang lebih kuat jika dibandingkan dengan tapai pada umumnya. Tapai yang dihasilkan dari desa Sumber Tengah disebut dengan “tapai manis”. Olahan makanan dari tapai juga ditawarkan di desa penghasil tapai manis ini, olahan tersebut terdiri dari tapai manis bakar, dodol tapai, prol tapai, dsb.

Apabila anda ingin mencicipi cita rasa tapai khas Sumber Tengah, anda bisa langsung mengunjungi desa Sumber Tengah yang terletak di kecamatan Binakal, kabupaten Bondowoso. 

Pasca pandemi COVID-19, produksi tapai di desa Sumber Tengah mengalami penurunan. Menurut seorang narasumber pemilik sebuah bisnis tapai yang bernama ‘Tape 57’ yaitu Haji Herul, produksi tapai selama pandemi dan setelahnya memiliki penurunan yang cukup signifikan. 

“Kalau sebelum Covid biasanya 4 ton dalam satu hari, tapi setelah pandemi ini sehari hanya 2 ton,” ucap Haji Herul.

Penjualan tapai di Sumber Tengah bisa dibilang tidak mengalami perkembangan. Terlepas dari fakta bahwa memang terjadi penurunan penjualan akibat dari pandemi COVID-19, penjualan tapai produksi desa Sumber Tengah masih terbatas pada pasar lokal dan antar-kota saja. 

Keterbatasan lingkup penjualan tersebut diakibatkan dari cara pengemasan tapai yang masih menggunakan metode tradisional, yaitu dengan menggunakan wadah bambu atau yang biasa dikenal dengan istilah ‘besek’. Pengemasan dengan metode ini sama sekali tidak membantu melambatkan proses pembusukan tapai. 

Kecepatan pembusukan inilah yang menyebabkan potensi penjualan tapai Sumber Tengah tidak maksimal, karena tapai akan membusuk terlebih dahulu sebelum sampai ke tempat tujuan jika ingin melakukan penjualan antar-provinsi, antar-pulau, ataupun mancanegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun