14/01/23- Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari sampah organik yang terbuat dari sampah organic yang kaya akan unsur Nitrogen dan Karbon. Secara alami, sampah organic akan mengalami pembusukan dan peruraian oleh ratusan jenis mikroba (bakteri, jamur, ragu) dan berbagai jenis binatang kecil yang hidup di tanah. Proses alami inilah yang dimanfaatkan untuk mengelola sampah organik menjadi pupuk.Â
Secara umum, sampah-sampah organik adalah sampah yang berasal dari alam, seperti daun-daunan, buah-buahan, kotoran hewan, bubuk teh dan kopi, kulit telur, dan sebagainya. Proses pengomposan membutuhkan mikroba untuk proses pembusukan.
 Agar dapat hidup dan berkembangbiak, diperlukan unsur Karbon untuk sumber energi mikroba dan unsur Nitrogen untuk perkembangbiakan mikroba. Unsur-unsur ini didapat dari sampah organic sehingga perlu dipastikan sampah-sampah organik yang akan dipakai dalam pengomposan memiliki unsur Karbon dan Nitrogen yang seimbang.Â
Sampah organik yang kaya akan Karbon umumnya berciri-ciri kering, kasar, atau berserat dan berwarna coklat. Contohnya berupa daun dan rumput kering. Sedangkan ciri-ciri sampah organik yang kaya akan Nitrogen adalah berwarna hijau dan mengandung air, semisal sayur-sayuran, buah-buahan, dan bubuk kopi dan teh.
Untuk pengomposan diperlukan wadah yang berlubang-lubang untuk sirkulasi udara. Wadah tersebut diberi alas jaring plastik yang diisi sabut kelapa atau sekam.Â
Kemudian, Â untuk mengatur kelembapan dan menyerap kelebihan air sehingga kelebihan air pada adonan kompos tidak merembes, lapisi wadah keranjnag dengan kardus.Â
Cacah sampah-sampah organik yang akan dijadikan adonan pupuk. Lalu masukkan ke dalam wadah, kemudian tambahkan bekatul atau dedak. Lalu diamkan adonan selama tiga minggu dan kompos siap dijadikan kompos.
Kegiatan KKN yang dilakukan kelompok 42 yaitu melakukan percobaan pembuatan pupuk kompos dengan perangkat Desa Glingseran. Â Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi limbah rumah tangga organik yang terbuang sia-sia. Pembuatan kompos ini juga dapat membantu masyarakat glingseran yang mayoritas petani untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada tanaman.Â
Sebelum kelompok KKN 42 melakukan demonstrasi terhadap warga desa, diperlukan pengumpulan sampah-sampah organik. Pengumpulan sampah tersebut dilakukan dengan cara kerja bakti oleh warga Desa Glingseran. Setelah beberapa sampah organik terkumpul, kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan media kompos. Media kompos yang digunakan adalah tempat sampah yang nantinya dimodifikasi dengan paralon yang berbentuk huruf T.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H