Desa Selolembu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Pengusaha merupakan salah satu mata pencaharian penduduk di Desa Selolembu, sehingga dapat menjadi potensi besar dalam bidang perekenomian apabila dikembangkan dengan baik. Desa Selolembu memiliki banyak jenis UMKM, salah satu UMKM yang dapat ditemui yaitu home industry carang mas.Â
Carang mas merupakan kue tradisional yang terbuat dari ketela dan gula merah dengan memiliki rasa manis dan legit. Carang mas banyak menjadi makanan favorit untuk cemilan atau biasanya dijual di pusat oleh-oleh, pasar tradisional, maupun supermarket.
Usaha carang mas ada di Dusun Krasak RT 4, Selolembu. Usaha pembuatan carang mas sudah berjalan selama 3 tahun. Meskipun usahanya terbilang belum cukup lama berdiri, tetapi produk ini sudah lumayan saat dipasarkan ke toko-toko di desa setempat. "Olahan carang mas nantinya akan dipasarkan ke toko-toko sekita. Namun, ketika ada pesanan dan menjelang hari raya usaha ini lumayan pesat bahkan bisa sampai ke Bali" ucap Ibu Mahmudah.
Pembuatan carang mas diawali dengan mengupas ketela kemudian dicuci hingga bersih. Ketela yang sudah bersih diparut dengan bentuk panjang dan tipis seperti serabut. Semua proses dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin. Ketela yang sudah diparut kemudian dicampur dengan bahan-bahan lain dan digoreng.
Penggorengan merupakan proses terpenting yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi cita rasa pada carang mas itu sendiri. Setelah penggorengan selesai, carang mas ditiriskan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar minyak. Carang mas yang sudah ditiriskan lalu dibentuk sesuai dengan cetakan yang ada. Setelah selesai dibentuk, carang mas dikemas satu per satu.Â
Bisnis carang mas memiliki potensi besar jika dikembangkan dengan baik. Dari segi pemasaran carang mas ini sendiri masih belum maksimal. Pemanfaatan teknologi seperti digital marketing diharapkan dapat mendukung dalam proses pemasaran, sehingga menjangkau masyarakat yang lebih luas. Selain itu, peralatan yang digunakan masih manual, sehingga produksi tidak dapat dilakukan dalam jumlah banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H