Sekitar 4 tahun sebelum 2024 pimpinan majelis Padang ati yang dikelola oleh Gus Reza Zakaria setiap kali melewati jalan raya Argo Wilis selalu mengamati plang jalan dengan nama  "Jalan Setono". Gus Reza Zakaria memiliki firasat dan batin bahwa pada jalan Setono ini ada sesuatu yang istimewa.Â
Dengan kemantapan hatinya, beliau mencari informasi kepada warga yang bermukim di jalan Setono dan bertemu dengan kyai ustadzy (Al-Islah). Kyai Ustadzy menceritakan bahwa di lingkungan jalan Setono ada sebuah punden (Tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat desa, tempat keramat sesuatu yang sangat dihormati) yang tidak memiliki nama. Karena tidak adanya nama pada punden tersebut menimbulkan kesimpang siuran atas nama asli pemilik punden.
Sunan Maulana Arya khonansah, Mbah Kebo, dan lain-lainnya. Dengan begitu, Gus Reza Zakaria melakukan kunjungan ke punden untuk menelusuri siapa pemilik asli punden tersebut. Penelusuran pada punden dilakukan dengan cara di kijing. Batu yang ada di sebelah maqam tersebut diteliti oleh ahli sejarah yang merupakan teman dari Gus Reza Zakaria sendiri. Setelah dilakukan penelitian terhadap batu tersebut, ternyata batu itu memiliki kesamaan dengan maqam Sunan Giri. Ahli sejarah pun menghubungi pihak pengelola maqam Sunan Giri untuk memastikan kebenaran persamaan dari maqam yang ditemukan. Para ahli pun terus melakukan penelitian terhadap makam dan benar bahwa maqam tersebut identik dengan maqam Sunan Giri. Karena kesamaan tersebut cucu ke-9 dari Sunan Giri yang bernama Gus Ipul datang untuk memastikan kesamaan ciri-ciri maqam dengan buku induk Sunan Giri. Setelah ditemukannya kebenaran atas maqam tersebut pihak pemerintah desa membuka wisata religi Raden Muhammad Amir Hamzah tiga tahun yang lalu.Â
Ada yang menyebutkan denganPada tahun pertama dibukanya keadaan maqam tersebut masih seadanya hanya ada maqam saja dan banyak rerumputan liar yang hidup di sekitar maqam. Untuk meningkatkan fasilitas maqam didatangkan proyek untuk membangun tempat wisata yang layak serta membuat kejelasan atas silsilah dan juga ke identikan maqam dengan Sunan Giri yang merupakan keturunan ke empat.
Sedangkan yang keturunan ketiga berada di Setono gedong yaitu Mbah ambyar bapak dari Mbah nur ambyah. Dari peresmian pembukaan wisata religi sunan petak menimbulkan dua pendapat bagi masyarakat setempat yang dibagi menjadi pihak barat dan pihak timur.Â
Dahulunya makam yang Barat hanya ada satu, bagi narasumber yaitu (bapak Akin) meyakini bahwa maqam yang Timur adalah Syaikh Pethak karena dari hasil penelitian yang dilakukan maqam Timur adalah yang identik dengan buku induk sejarah Sunan Giri, dan nasab keturunannya dari yang timur itu jelas.
Panutan dari narasumber untuk mengetahui keaslian maqamnya juga jelas atau terbukti yaitu dari Gus Zakaria, Gus Ipul, dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian. Berbeda dengan maqam Timur menurut narasumber makam sebelah barat adalah makam yang diadakan. Makam sebelah barat merupakan makam dari seorang dukun karena di makam tersebut terdapat beberapa dupa. Menurut pendapat orang-orang yang memiliki firasat kuat maka sebelah timur dipercaya memiliki dari Raden Muhammad Amir Hamzah atau Syaikh Pethak dan mbah Nyai Safitri yaitu putra dari Bupati Tulungagung. Sedangkan yang barat adalah tempat untuk menaruh pusaka. Cerita tersebut adalah keaslian dari letak maqam tetapi sebagian masyarakat juga mempercayai maqam barat adalah maqam dari keturunan Sunan Giri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H