Jumat, 28 Juli 2023 KKN-K Kelompok 243 di Kelurahan Slawu, Patrang, Jember berkolaborasi dengan Kompos.in melakukan program kerja Pembuatan Kompos dari Limbah Organik Rumah Tangga. Kompos.in merupakan start-up berbasis ecopreneurship yang bergerak di bidang pengomposan menggunakan sampah organik dalam skala besar. Kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah Bu Hawarini, ibu ketua RT 2 RW 5. Peserta pembuatan kompos merupakan ibu-ibu PKK RW 5 dan 6 berjumlah 20 orang.Â
Proses pembuatan kompos dipandu secara langsung oleh Kompos.in selaku fasilitator. Sehari sebelum pembuatan kompos, Kelompok 243 KKN-K melakukan sosialisasi pemilahan sampah organik kepada ibu-ibu PKK RW 5 dan 6. Sosialisasi ini bertujuan agar ibu-ibu PKK RW 5 dan 6 selaku peserta workshop sudah memilah sampah organik basah dan kering terlebih dahulu kemudian dibawa ke tempat pembuatan kompos. Sampah organik basah meliputi sisa sayur, kulit buah, dan parutan kelapa. Sementara itu, sampah anorganik berupa seresah daun kering. Alat yang digunakan cukup sederhana, yaitu komposter/wadah untuk pembuatan kompos (ember cat), pisau, dan talenan. Dalam 1 komposter (ember cat), bahan yang digunakan meliputi sampah organik basah, sampah organik kering, air sumur 1 liter, 5 ml EM-4 (Effective Microorganism-4), 300 gram dedak, dan 200 gram gula pasir.
Pembuatan kompos dari sampah organik rumah tangga cukup mudah. Pembuatan kompos dari limbah organik ini bersifat anaerob dan waktu pembuatannya cukup 2-3 minggu. Sampah organik basah ditimbang sebanyak 1 kg dan sampah organik kering sebanyak 5 kg menggunakan timbangan gantung digital. Perbandingan sampah organik basah dan kering dalam 1 wadah komposter adalah 1:5. Sebelum dicampurkan ke dalam komposter, 200 gram gula pasir dilarutkan dalam 1 liter air sumur pada wadah terpisah. Selanjutnya, ditambahkan 5 ml atau satu tutup botol EM-4 kemudian diaduk sampai merata.Â
Bahan yang ditambahkan ke dalam limbah organik memiliki fungsinya masing-masing. Gula pasir berfungsi sebagai makanan untuk perkembangan mikroorganisme. EM-4 bersifat sebagai dekomposer sehingga mempercepat proses pembusukan limbah dan pembuatan kompos. Selain bakteri EM-4, pembuatan kompos bisa menggunakan air bekas cucian beras tetapi proses pembuatannya memakan waktu dua kali lipat lebih lama daripada menggunakan EM-4. Pembuatan kompos sebaiknya menggunakan air sumur, bukan air PDAM karena mengandung kaporit yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri EM-4 sehingga limbah yang akan dikompos tidak membusuk. Dalam kegiatan ini, ditambahkan dedak yang berfungsi sebagai dekomposer. Penggunaan dedak dalam pembuatan kompos bersifat opsional.
Sampah organik basah dan kering harus dicincang kecil-kecil terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komposter. Pertama, masukkan sedikit demi sedikit sampah organik kering, sampah organik basah, dan dedak ke dalam komposter lalu disiram menggunakan air yang telah dicampur gula dan bakteri EM-4. Setelah itu, kemudian diaduk hingga tampak basah dan lembab. Lalu, tambahkan lagi sedikit demi sedikit sampah organik kering, sampah organik basah, dedak, dan larutan kemudian diaduk sampai tampak basah. Proses ini diulangi terus menerus sampai bahan akan memenuhi komposter. Setelah selesai mencampurkan bahan ke dalam komposter, kemudian ditutup sehingga tidak ada udara masuk yang memungkinkan pembuatan kompos tidak berjalan sempurna. Komposter lalu diletakkan di tempat yang teduh, tertutup, dan tidak terkena sinar matahari. Seminggu kemudian, dilakukan controlling untuk mengecek pH kompos. Kompos yang berhasil dapat ditinjau dari bau yang manis seperti tape dan warnanya yang gelap kehitaman.
Kegiatan ini disambut antusias oleh ibu-ibu PKK RW 5 dan 6 di Kelurahan Slawu, Patrang, Jember. "Kegiatan ini sangat menarik dan merupakan hal yang baru bagi ibu-ibu. Setelah komposnya jadi, nanti bisa digunakan untuk pupuk tanaman kita dan itu sangat bermanfaat," ujar Bu Hawarini, ibu ketua RT 2 RW 5. Setelah adanya kegiatan ini, diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat Kelurahan Slawu untuk memilah limbah dan dapat memanfaatkan limbah tersebut dengan baik. Hasil pengolahan limbah organik menjadi kompos apabila dipasarkan akan meningkatkan hasil pertanian yang berdampak pada perekonomian masyarakat Slawu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H